Suatu saat, ketika
saya menonton televisi, ada sebuah acara dimana reporter menanyakan kepada
setiap orang, tentang makna cinta. Ada yang mengatakan bahwa cinta nggak bisa
diungkapkan dengan kata-kata, cinta itu indah, cinta itu agung, cinta itu suci
dan sebagainya. Padkay sendiri mengatakan, " Cinta, penderitaannya tiada
akhir". Para filosof juga seringkali membicarakan tentang makna cinta dan
akhirnya kesimpulannya tetap terserah kepada siapa yang memandang.
Cinta dapat menjadikan
manusia menjadi sangat mulia, dan cinta pula yang menjadikan orang menjadi
tercela. Seorang sahabat nabi, yang karena cintanya kepada beliau, rela
menghadang panah-panah dengan tubuhnya untuk melindung beliau, dan cinta
semacam ini adalah cinta yang penuh dengan nilai kemuliaan. Seorang ayah,
karena cintanya kepada anaknya, rela bekerja siang malam, bahkan lembur segala,
untuk membahagiakan istri dan anaknya, untuk sekedar melihat senyum mengembang
di bibir istri dan anaknya, maka cinta yang demikian adalah cinta yang mulia.
Cinta dapat membawa kepada nilai kebaikan dan kemuliaan.
Kalau saya membaca
surat kabar, maka pada rubrik konsultasi, seringkali saya membaca kesaksian
pembaca tentang hubungan suami istri Pra nikah antara seseorang dengan
pacarnya, mereka mengatasnamakan cinta. Atau barangkali di malam valentinan
kemarin, banyak pasangan muda mudi berasyik masyuk berciuman, berpelukan, dan
mereka mengatasnamakan cinta. Yang demikian barangkali adalah cinta yang
membawa kepada keburukan dan kehinaan.
Dalam Islam cinta
akan diarahkan kepada nilai kebaikan dengan landasan yang kokoh. Dalam Islam
landasan cinta adalah cinta Allah, dan cinta Rasul. Landasan yang takkan
mungkin berubah, dan yang jika berubah akan mengurangi atau bahkan menghapuskan
nilai keimanan seseorang. Kecintaan manusia pada suatu hal, harus berlandaskan
pada dua cinta tersebut. Itulah yang menyebabkan nilai kecintaan dalam Islam
memiliki ranking yang sangat tinggi, dan mempunyai bobot yang sangat berat,
karena cinta harus berlandaskan pada semangat-semangat keimanan.
Nanti, pada hari
kiamat, manusia akan dibangkitkan dengan apa yang dicintainya, akan dikumpulkan
dengan apa yang dicintainya. Orang bisa saja mencintai Nafa Urbach,
Krisdayanti, Sheila on Seven, Ali bin abi Thalib, Fatimah ra, dan ia akan
dibangkitkan bersama golongan orang yang dicintainya itu. Berhati-hatilah dalam
mencinta, dan cintailah hanya orang-orang yang memang patut dan layak dicintai.
Suatu saat seorang
yang menjadi Imam Sholat, dilaporkan kepada Rasululloh, karena ia hanya membaca
surat Al-Ikhlash dalam rakaat-rakaatnya. Apakah tidak ada surat lain yang lebih
panjang? Lalu, Rasulpun memanggil orang tersebut, menanyakan mengapa ia
melakukan hal tersebut. Orang itu menjawab,"Saya mencintai Alloh hingga
saya suka sekali dengan surat Al-Ikhlash itu, karena isinya menceritakan
tentang keesaan Alloh." Maka Rasululloh berujar,"Alloh mencintaimu
karena cintamu kepada-Nya". (saying tak disebutkan perawinya)
Pada kesempatan
yang lain, Rasululloh bertanya kepada Umar, apakah Umar mencintai beliau
melebihi cintanya kepada dirinya sendiri. Umar menjawab, "Kalau yang itu
nampaknya belum, ya Rasul!". Rasululloh kemudian berujar, " Belum
sempurna iman seseorang jikalau ia belum mencintaiku melebihi cintanya kepada
dirinya sendiri," Umar menyahut, "Mulai saat ini, aku akan
mencintaimu melebihi cintaku kepada diriku sendiri!"
Rating Cinta
Islam mengenal
beberapa peringkat cinta. Peringkat pertama adalah TATAYYUM, yang menduduki tempat
teratas. Ialah cinta yang hanya mampu kita persembahkan kepada Rabb Yang
Mahaagung, yang mampu menciptakan rasa ingin mempersembahkan gemerincing rupiah
terakhir dan tetes darah penghabisan (romantis, bukan?). "Orang-orang yang
beriman amat sangat cintanya kepada Alloh." (QS. Al-Baqarah:165).
Peringkat kedua
adalah ISYQ, yang hanya merupakan hak kekasih ALloh, pria yang paling indah
akhlak dan kepribadiannya di muka bumi, yaitu Rasululloh SAW. Cinta ini
berwujud kerinduan untuk bertemu dan mengikuti sunnahnya.
Peringkat ketiga
adalah SYAUQ, yaitu cinta antara sesama mukmin dengan mukmin lainnya. Antara
suami-istri, anak-orangtua, and so on.
Yang berikutnya
adalah SHAHABAH, yang ditujukan untuk sesama muslim, hingga melahirkan Ukhuwah
Islamiyah.
Peringkat kelima
disebut ITHF (simpati), yang ditujukan kepada sesame manusia. Rasa simpati ini
menumbuhkan keinginan untukberdakwah menyelamatkan manusia dari ancaman siksa
Alloh di hari akhir.
Juru kunci cinta
diduduki oleh INTIFA', yang merupakan kadar cinta yang paling rendah dan
sederhana, yaitu cinta kepada selain manusia, seperti harta benda, pangkat, dan
kedudukan. Bila dikelola dengan baik dan disertai rasa syukur, ia dapat
menumbuhkan ghirah (semangat) untuk memanfaatkan dan mendayagunakannya di jalan
Alloh.
Di manakah rating
cinta yang kita miliki saat ini? Hiduplah dalam naungan cinta, dan pilihlah
cinta yang hanya berlandaskan pada Alloh dan Rasululloh. Dan cintailah hanya
orang yang memang layak untuk kita cintai, yang akan bersama kita menuju
ridha-Nya.
Selamat bercinta.
Terimakasih kepada
Dr. Abdullah Shahab, akan taushiyahnya Tentang Cinta, tentu saja.
Juga Ibnul Qayyim Rahimahulloh. Insya Alloh.
By: Abdul
Chalik & Irman Sunandar
Sumber Gambar :
Sumber Gambar :
No comments:
Post a Comment
Terima kasih untuk teman blogger yang sudah sudi berkomentar di Blog ini :)