Fakta Yang Memprihatinkan
93 persen dari 202 remaja yang diteliti mengatakan pernah terlibat dengan
materi pornografi, dengan derajat keterlibatan yang beragam yaitu 82 persen
sekedar pernah, 10 persen sering, sementara 1 persen setiap hari mengkonsumsi
pornografi ini. Data ini menunjukkan betapa luasnya peredaran material
pornografi dikalangan remaja. Sangat mungkin angka ini menggambarkan betapa
remaja dari keluarga-keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional
pun bisa juga terperangkap pada jaringan pornografi yang ada disekitar mereka.
Selain itu, remaja kita ternyata cepat beradaptasi terhadap
perubahan dan kemajuan teknologi. Hal ini terbukti dari kenyataan bahwa secara
umum pengakses internet di Indonesia hanya sekitar 1 persen dari total
populasi, namun ternyata 1
diantara 3 remaja ( 35 persen ) mengaku mengakses situs pornografi dari internet. Tentu jumlah ini sangat luar biasa. Disatu sisi kita melihat remaja kita yang tidak gagap teknologi disisi lain ada bahaya yang harus diwaspadai. Kalau total pengakses internet hanya 1 persen sementara remaja yang mengakses situs pornografi sebesar 35 persen, timbul pertanyaan dari mana mereka mengaksesnya ? Kemungkinan pertama mereka mengakses rame-rame dari rumah teman yang memiliki akses internet, kemungkinan kedua mereka mengaksesnya dari tempat-tempat koneksi internet yang disewakan.
diantara 3 remaja ( 35 persen ) mengaku mengakses situs pornografi dari internet. Tentu jumlah ini sangat luar biasa. Disatu sisi kita melihat remaja kita yang tidak gagap teknologi disisi lain ada bahaya yang harus diwaspadai. Kalau total pengakses internet hanya 1 persen sementara remaja yang mengakses situs pornografi sebesar 35 persen, timbul pertanyaan dari mana mereka mengaksesnya ? Kemungkinan pertama mereka mengakses rame-rame dari rumah teman yang memiliki akses internet, kemungkinan kedua mereka mengaksesnya dari tempat-tempat koneksi internet yang disewakan.
Pornografi adalah suatu industri raksasa
yang menjanjikan keuntungan yang amat besar bagi produsen maupun retailernya,
coba bayangkan dari cybersex saja setiap tahun diraup keuntungan sebesar
US$ 10 Milyar. Belum yang melalui media cetak, video, VCD, film, serta
barang-barang pornografi lain termasuk sextoys. Dengan keuntungan
sebesar ini tentu industri pornografi bisa berbuat apa saja, membeli hukum
sekalipun. Karena itu tidak heran betapa sulit memberantas pornografi.
Sedikit Dampak Yang Terkuak
12 persen responden memilih sexuality standard mereka dalam kelompok permissiveness.
Mereka ini menganggap hubungan seks sebelum menikah adalah sesuatu yang biasa
dan tidak perlu dipermasalahkan. Ira Reeis mengatakan bahwa sexuality
standard seseorang akan mempengaruhi pola prilaku seksual seseorang, karena
itu tidak mengherankan jika dalam penelitian ini terungkap 14,85 atau hampir 15
persen remaja telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Bahkan 100
persen dari mereka yang bertunangan mengaku telah melakukan hubungan seksual
dengan tunangan mereka. Agaknya mereka yang bertunangan sulit membedakan antara
pertunangan dan pernikahan, atau mereka termasuk yang sexuality standard-nya
permissiveness with affection, yaitu asal ada perasaan saling suka seks
menjadi sesuatu yang benar untuk dilakukan.
Hal lain yang terungkap, 7 persen dari responden mengaku melakukan aktifitas oral
sex. 100 persen mereka yang melakukan oral sex ini mengaku
mendapatkan gagasan untuk melakukan oral sex dari VCD porno yang mereka
lihat, disamping itu 73 persen dari teman, 66 persen dari internet, 47 persen
dari media cetak seperti Koran, tabloid, maupun majalah. Secara garis besar
data ini menunjukan bahwa industri pornografi memiliki pengaruh sangat besar
dalam pembentukan pola prilaku seksual remaja. Yang perlu diwaspadai, jika
remaja bisa dengan mudah mengadopsi prilaku oral sex yang mereka tangkap
dari industri pornografi, tentu tidak tertutup kemungkinan mereka akan dengan
mudah pula meniru dan melakukan prilaku-prilaku lain yang digambarkan dalam
materi-materi pornografi. Tentu sulit dibayangkan kerusakan yang akan terjadi
dalam masyarakat jika industri pornografi tidak dikontrol secara ketat.
Harapan Masih Ada
Problematika yang terkait dengan prilaku seksual sangatlah kompleks sehingga tidak mungkin bisa diselesaikan oleh orang per orang, atau suatu bidang keahlian, atau suatu organisasi kemasyarakatan. Kolaborasi adalah kata kunci yang tepat untuk bisa mengatasi masalah ini bersama-sama.
Mengacu pada hasil penelitian ini, industri pornografi jelas perlu di kontrol. Pemerintah perlu melakukan regulasi terhadap adult material, sehingga materi-materi semacam ini jangan sampai dikonsumsi oleh mereka yang belum bisa membedakan "tangan kiri" atau "tangan kanan". Pengusaha persewaan internet harus ditertibkan sehingga dampak buruk dari cybersex bisa direduksi atau dieliminasi. Masyarakat perlu melakukan gerakan kolektif, misalnya secara serempak tidak mau membeli Koran, tabloid atau majalah yang mengeksploitasi seks, sehingga secara alami media semacam ini akan mengalami natural selection, dan mati dengan sendirinya.
40 persen remaja berdasar penelitian yang dilakukan oleh The National Campaign to Prevent Teen Pregnancy yang dilakukan di Amerika sebagaimana dilaporkan oleh Stuart Shepard dari Focus On Family beberapa hari lalu, mengatakan bahwa orang tua memiliki peranan terbesar dalam pembuatan keputusan berkaitan dengan prilaku seksual yang mereka akan lakukan. Karena itu nisbah antara anak dan orang tua perlu mendapat perhatian, komunikasi yang efektif serta teladan hidup yang positif sangat diperlukan dalam upaya ini.
Problematika yang terkait dengan prilaku seksual sangatlah kompleks sehingga tidak mungkin bisa diselesaikan oleh orang per orang, atau suatu bidang keahlian, atau suatu organisasi kemasyarakatan. Kolaborasi adalah kata kunci yang tepat untuk bisa mengatasi masalah ini bersama-sama.
Mengacu pada hasil penelitian ini, industri pornografi jelas perlu di kontrol. Pemerintah perlu melakukan regulasi terhadap adult material, sehingga materi-materi semacam ini jangan sampai dikonsumsi oleh mereka yang belum bisa membedakan "tangan kiri" atau "tangan kanan". Pengusaha persewaan internet harus ditertibkan sehingga dampak buruk dari cybersex bisa direduksi atau dieliminasi. Masyarakat perlu melakukan gerakan kolektif, misalnya secara serempak tidak mau membeli Koran, tabloid atau majalah yang mengeksploitasi seks, sehingga secara alami media semacam ini akan mengalami natural selection, dan mati dengan sendirinya.
40 persen remaja berdasar penelitian yang dilakukan oleh The National Campaign to Prevent Teen Pregnancy yang dilakukan di Amerika sebagaimana dilaporkan oleh Stuart Shepard dari Focus On Family beberapa hari lalu, mengatakan bahwa orang tua memiliki peranan terbesar dalam pembuatan keputusan berkaitan dengan prilaku seksual yang mereka akan lakukan. Karena itu nisbah antara anak dan orang tua perlu mendapat perhatian, komunikasi yang efektif serta teladan hidup yang positif sangat diperlukan dalam upaya ini.
Aktifitas keagamaan, dalam
penelitian yang sama terbukti memerankan peranan yang amat besar. Remaja yang
gemar mengikuti acara Worship (Ibadah Penyembahan) di Gereja, ternyata
lebih mampu berkata tidak terhadap godaan seks. Dan mereka mengatakan
berkeinginan untuk lebih menyenangkan "Hati Tuhan" daripada kekasih
mereka. Dari hal yang terakhir ini kita bisa belajar bahwa menyebar luaskan
informasi tentang seks, resiko penyakit menular seksual, atau resiko kehamilan
remaja, tidaklah cukup, remaja perlu mengerti perspektif spiritual tentang
seksualitas mereka. Karena itu institusi keagamaan harus berperan lebih aktif
dalam memerangi penyalahgunaan seksualitas yang banyak terjadi dikalangan
remaja akibat pengaruh buruk industri pornografi.
Oleh: dr. Andik Wijaya, DMSH
Tulisan ini didasarkan pada penelitian terhadap 202 remaja di
kota Malang, pada bulan September 2001. 51, 5 persen responden pria, 48, 5
persen wanita. 6 persen beusia 13 - 15 tahun, 67,3 persen berusia 16 - 18
tahun, dan 26,7 persen berusia diatas 18 tahun.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih untuk teman blogger yang sudah sudi berkomentar di Blog ini :)