Kita mungkin pernah
melakukan suatu pekerjaan atau aktivitas yang kita harapkan memberi hasil yang
baik/maksimal, akan tetapi kenyataan berbicara lain dan jauh dari yang
dihrapkan,
lantas hal tersebut sangat berbekas dalam diri kita, Sangat sulit bagi kita untuk menerima hal
tersebut, biasanya kita cenderung untuk menyalahkan diri, bahkan menganggap diri tak berarti, pada akhirnya kita stress sendiri.
Masalah memang bagian yang tak terpisahkan dari diri kita, dan bila masalah
sudah menjauh, alamat usia kita sudah
tutup, karena itu tinggal menikmati apa yang telah kita usahakan di dunia, siapapun pasti pernah
mengalaminya. Kita sering beranggapan
bahwa kegagalan adalah musuh utama yang harus di hindari, dan memang tak salah, akan
tetapi pada dasarnya keberhasilan dan
kegagalan, secara potensial ada pada diri kita. Suatu waktu kita bersua dengan
kegagalan, di lain hari, keberhasilan akan mendatangi, tergantung seberapa kuat kita
bertahan dengan saudara kegagalan.
Banyak orang mungkin mengatakan ketika menemui kegagalan, bahwa kita tak membuat perhitungan yang matang ketika mengerjakan sesuatu, sehingga hasil yang di dapat tak sesuai
keinginan. Pada dasarnya ada benarnya, tapi kita juga jangan sampai terlena bahwa kita selalu
dalam kondisi yang kurang untuk memahami sekitar kita, makanya jangan terpaku
pada hasil yang akan didapatka nantinya, tetapi pada proses yang dijalani, makanya dlalam agama selalu di anjurkan untuk
belajar, belajar kamu dari buaian smapai keliang lahad. Dengan belajar, kita bisa meningkatkan kualitas prilaku/tindakan
atau kapasitas intelektual kita. Sehingga apa-apa yang kita lihat, bahkan di
rasakan bisa menjadi sumber pembelajaran dan pengetahuan, yang mendorong diri untuk terus mempelajari/memahami
makna di balik setiap kejadian, Seperti kegagalan misalnya. Dunia akan lebih dipahami ketika kita mampu menyakinkan diri, bahwa
hanya dengan menjadi pembelajar seumur
hidup, kita dapat menakukan segala hal,
yang mungkin diketahui oleh manusia.
Banyak contoh konkret
dan nyata yang bisa kita jadikan sebagai teladan menghadapi
kegagalan, dimana orang tersebut justru di besarkan/dibentuk oleh apa yang kita lihat sebagai kegagalan, bagi orang-orang itu, kegagalan hanya menjadi eksis,
jika kita selalu memberi perhatian yang lebih pada kejadian yang kita
persepsikan sebagai kegagalan.
Kita pasti mengenal Jhon F Kenedy, Presiden Amerika yang sangat terkenal itu. Dia memulai karir poltiknya dari daerah setingkat kabupaten, dan mencalonkan diri
menjadi kepala di daerah tersebut, dan
dia tidak terpilih, ia kemudian berpiikir bahwa bukan daerah kabupaten
tempatnya menjadi pemimpin, tetapi di tingkat propinsi/ gubenuran, diapun ikut di pemilihan Gubernur, tapi apa yang terjadi, ia pun tak
terpilih Lagi, Ia berpikir lagi, bahwa Gubernur
bukan tempat yang sesuai dengan kapasitas dirinya, Tapi President, ia pun mencalonkan diri menjadi kandidat President, dan
selnjutnya menjadi President yang selalu di kenang, baik karena kisahnya yang
penuh hikmah, juga karena program-programnya saat menjabat menjadi President. Apa
yang terjadi seandainya ia memberi perhatian yang lebih pada ketidakterpilihannya,
Mungkin kita tak akan melihat Amerika seperti sekarang ini..??
Penghargaan
pada dirilah yang mendorong kita lebih
dekat pada keberhasilan, dan
melihat kegagalan sebagai tangga yang mengarahkan pada keberhasilan. Seperti kata Thomas Alfa Edison,
kala ditanya seorang jurnalis tentang
perihal percobaannya yang gagal lebih
dari 100 kali, dia hanya berujar bahwa Saya tidak pernah merasa gagal dalam
percobaan itu, saya justru menemukan 900 lebih cara lampu Bohlam tidak menyala. Maka benarlah
kata-kata bijak yang mengatakan, ketekunan/keuletan/kesabaran jauh lebih
berarti dari sekedar kecerdasan.
Sumber gambar :
Sumber gambar :
Bner banget gan ...
ReplyDeleteSalam.
DeleteThank's atas apresiasi dan kunjungannya bro..!!!
salam.