Mungkin tak ada
yang betul-betul bisa disebut sebagai tradisi
intelektual yang murni islam , yang lahir dari komunitas muslim. Tradisi yang
saya maksud adalah bagaiman komunitas muslim menjaga dan mengembangkan pengetahua-pengetahuan di tengah mereka. Upaya awal membangun sebuah tradisi
yang mengakar, telah di tekankan dengan sangat kuat dan jelas dalam berbagai ayat-ayat al-Qur’an maupun Hadist-hadist
Rasullah, sehingga mendorong perkembangan pengetahuan yang pesat dalam beberapa
abad setelah beliau meninggal.
Tak bisa di pungkiri
bahwa pengaruh Para cerdik pandai/pemikir muslim bagi meletusnya renaissance di
eropa merupakan hal yang tak bisa di bantah, sebagai peradaban yang
mendahuluinya, para pemikir/cerdik pandai muslim berhasil mengembangkan
pengetahuan-pengetahuan baru yang di inspirasi
dari Al-Qur”an atau Hadist, serta pemgembangan ataupun pendalaman pengetahuan dari
berbagai peradaban yang ada sebelumnya, seperti Yunani, India serta Cina.
Melihat sejarah
kegemilangan komunitas muslim saat itu, tentunya kita bertanya, apakah yang
membuat mereka begitu gemilang mengembangkan pengetahuan pada saat itu,
sehingga mereka begitu antusias untuk mencari dan melakukan
penelitian-penelitian yang terkait dengan ilmu-ilmu dunia dan ilmu-ilmu agama. Setidaknya kita bisa melihat
beberapa fakta yang bisa kita selami bersama.
Pertama : Mereka
betul-betul memahami bahwa al-quran merupakan kitab petunjuk dan hadist adalah
penjelasnya,yang didalamnya ada banyak ayat yang menjelaskan keutamaan orang
yang berpengetahuan, serta dorongan untuk mengekplorasi alam untuk kemaslahat
umat, juga untuk melihat kebesaran sang pencifta. Bahwa firman Allah dan sabda
nabibya begitu menghormati orang-orang
yang berpengatahuan, dan orang beriman, sehingga itu merupakan motivasi yang
paling esensial dan utama untuk berkarya, bahwa orang-orang yang mengabdikan dirinya
untuk kemajuan pengetahuan, sama dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah
Kedua : Bahwa
pada saat itu kaum muslim berhasil mengembangkan pengetahuan yang integrative,
ternyata penguasa pada saat itu memberikan dorongan penuh bagi penelitian dan
penerjemahan manuskrip-manuskrip dari
peradaban yang lain, dalam artian bahwa para raja dan sultan turut aktif, dan
mempunyai peran yang signifikan untuk memotivasi, serta membangun sarana dan
pendanaan bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Ketiga :
Komunitas muslim saat itu tidak pernah melihat sebuah di kotomi antara dunia
dan akhirat, antara pengetahuan agama dan dunia, antara akal dan wahyu. Masing saling
terkait satu sama lain, sehingga mendorong ilmuan dan ulama untuk mencurahkan segenap
kemampuannya untuk mendalami suatu objek pengetahuan.
Keenam : memang Tak bisa di pungkiri bahwa tradisi intelektual
pada saat itu tidak bisa dilepaskan dari tradisi membaca, dan kemudian menuliskannya. Tradisi
seperti ini juga merupakan fondasi utama dalam membangun sebuah perdaban. Tentunya
ia di inspirasi dari Al-Qur-an, yang menekankan dalam surah yang pertama turun,
yaitu perintah membaca (Iqra), sebuah tradisi yang lambat tapi pasti sudah di
tinggalkan oleh sebagian besar kaum muslim, sehingga menjadi terbelakang dalam
hampir setiap lini kehidupan.
Saya jadi
teringat dengan sebuah Koran yang pernah saya baca beberapa tahun yang lalu, yang memuat tentang bagaimana pemerintah Inggris
masih menggalakan pengadaan perpustakaan umum di hampir setiap sudut kota Inggris,suatu cara untuk memotivasi warga kota itu, untuk terus
mncintai dan mempertahan tradisi
membaca, Sebuah hal yang layak di contoh
untuk sebuah kemajuan dan pengembangan pengetahuan di Indonesia ini. Semoga,
kemajuan itu tak akan lama lagi, jika kita berbuat dari sekarang.
Semoga..!!
No comments:
Post a Comment
Terima kasih untuk teman blogger yang sudah sudi berkomentar di Blog ini :)