Jauh, sangat jauh, bahkan semakin
jauh, saya
harus katakan itu. Karena kesadaran itu makin memburuku, mengejar sampai batas yang tak kupahami, aku tak mungkin mengatakan itu
adalah Ilusi dan khayalan semata. Siapapun
mestinya menyadari bahwa apa yang terjadi pada diri seharusnya lebih mendekat
diri pada-Nya, karena di balik itu semua,
Dia punya rencana di luar kekuatan kita.
Seperti kata sebuah pepatah bijak, tak ada hidup yang layak di jalani, jika ia tak di syukuri. Hiduplahlah
dalam kebermaknaan, karena karena itulah
jalan yang di inginkan-Nya. Setiap waktu, setipa tempat, setiap masa, Ia selalu
ada bagi yang mengharapkan-Nya.
Kita di sini bukalah sebuah
kejutan, bukan keberuntungan, bukan pula karena keberuntungan, bahwa setiap
napas, setiap gerak kita selalu ada karena restu-Nya. Mungkin kita harus heran, kita selalu saja jauh
dari-Nya, bahkan meniadakan peran-Nya, mungkin bukan dalam ucapan, pikiran ataupun dalam keyakinan, akan tetapi dalam setiap tindakan
dan prilaku kita. Semakin jauh, saya harus katakana itu.
Selalu ada mesteri dan keajaiban, sejatinya kita adalah mesteri dan keajaiban yang tidak kita sadari.
Tetap saja begitu, atau berobalah
sekarang, atau menuggu sampai semua di cabut, tentunya kita tak akan
menginginkan itu, karena itu lebih menyakitkan dari kehilangan apapun.
Berapa banyak umur yang kita habiskan, terlalu mahal
sebuah pengorbanan waktu untuk duduk dan hanya melihat tanpa daya, tanpa
keinginan untuk segera berubah. Sebuah harga
yang kita tawarkan dengan murahnya bagi kehidupan, ya kehidupan yang tak
bermakna. Semakin jauh, saya harus katakan itu.
Sudah waktunya kita harus jujur, bahwa kita tak bahagia
dengan itu semua, kita memang perlu belajar dan baik dalam menilai, seharusnya tak menghalangi kita untuk berbuat baik pada
diri, pada kehidupan pada semua, karena apalah arti sebuah pengetahuan, jika tak beranjak
dari pikiran, tak berjalan di tepi kehidupan.
Semakin jauh, saya harus katakan itu.
Ada banyak perjumpaan yang kita alami, ada banyak harapan
yang mulai kita tepikan, karena tak ada ujung yang berusaha kita gapai. Mungkin
begitulah warna yang mulai kita bangun, yang tak akan memberi corak yang pas dan serasi, ya karena kita, mungkin sangat jauh.
Aku mendengar azan itu, sebuah panggilan telah dilantunkan, dan aku masih menulis, apakah aku harus menunggu panggilan
berikutnya, janganlah seperti itu, karena kita tak tahu apakah itu panggilan
terakhir atau bukan.
Penutup,
Jika kita melangkah untuk menjauh, maka Ia menjauh
dengan berlari. Jika kita mendekat dengan melangkah, maka Ia akan berlari untuk
mendekat (Sebuah hadist Qudsi).
Wallahu
Wa’alam Bissawab.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih untuk teman blogger yang sudah sudi berkomentar di Blog ini :)