Ketika
sang murid mendekatinya, wanita itu masih terus terisak-isak, air matanya
berlelehan. Sang murid lalu berkata, “Apakah anda tidak tahu ada orang
shalat, mengapa Anda melintas begitu saja?”
“Apakah
Anda mau mendengar cerita saya?” balas wanita tadi yang terus mengendalikan
sedu-sedannya.
“Baiklah,
berceritalah,” balas sang murid.
“Suamiku,
yang paling aku cintai dan kasihi, ternyata dengan mudah menceraikanku,”
kata wanita tadi sembari terus menjelaskan disela sedu sedannya. Sang murid
hanya bisa terus menunggu.
“Karena saking cinta dan kasih sayangnya aku
kepada suami, aku tidak bisa lagi melihat Anda sedang shalat,”lanjut wanita tadi.
“Lalu bagaimana dengan anda yang menjalankan
shalat karena cinta dan kasih sayang kepada Allah SWT ? Kenapa Anda
masih bisa melihat saya ? ”
Sang
murid hanya bisa tertegun mendengar penjelasan wanita itu. Ada yang salah
dengan dirinya.
Things
To Think ?
Pernahkah
kita merenungi shalat kita? Tentang sudah benarkah shalat kita dari luaran,
gerak-gerik tubuh, bacaan, kedalaman penghayatan dan pemaknaannya? Apa
manfaatnya bagi kehidupan keseharian kita ?
Bukankah
kita sering mendengar bahwa shalat itu diumpamakan sebagai tiang agama? Shalat
itu mencegah dari segala perbuatan dosa dan keji ?
Shalat
macam apa itu? Shalat seperti murid tadi? Atau seperti saat kita menjalankan
shalat ditempat kerja kita dan kebetulan kita tidak membawa sajadah dan
menggunakan koran ? Bagaimana kalau koran yang kita gunakan, Pos Kota, Lampu
Merah, Metro dan lain lain, dimana halaman-halamannya dipenuhi
gambar-gambar wanita seronok, berita-berita kriminalitas atau pemerkosaan ?
Bagaimana
? Apakah shalat semacam itu yang bisa mengantarkan kita memiliki kekebalan
menangkal segala bentuk kemaksiatan, kemungkaran, dan kekejian? Jujurlah pada
diri kita, sudah seperti apa derajat shalat kita ?
Shalat
sebagai sarana komunikasi hamba dengan Pencipta diharapkan akan dapat
menghadirkan kesadaran akan kehadiran Allah SWT didekat kita. Dia selalu
mengawasi, menjaga, dan melindungi kita. Ketika shalat, dan juga mungkin puasa,
haji, dan lain-lain dikerjakan hanya pada batas-batas luaran, segi-segi
formalitas, kulitnya saja, maka, yang boleh terjadi adalah kesedihan dan
kepiluan. Macam apa ? Banyak masjid, banyak mushala, banyak orang berhaji dan
banyak santri, tetapi negara kita dari segi moralitas tetap sangat rendah,
bahkan, sangat memalukan. Kondisi yang demikian, menjalankan kewajiban agama
hanya sebatas pelaksanaan prosedural saja, telah memberikan beban kalau malah
menutup kejayaan Islam itu sendiri.
Kita
pasti pernah mendengar ucapan Syekh Moh. Abduh, ulama Mesir yang dikenal dengan
bapak pembaharu (mujaddid), mengatakan : “Islam tertutup dari kemajuan
lantaran umatnya sendiri.” Jadi jujur saja, kalau shalat kita masih seperti
murid itu tentu saja kita akan sulit untuk dapat dikatakan bisa memahami
shalat. Memahami pesan-pesan dari bacaan shalat yang kita baca dihadapan Allah
SWT. Kalau sudah begitu, apa mungkin shalat kita dapat bermakna atau memberikan
efek positif ? Agaknya sangat sulit.
Beribadahlah Seakan-akan engkau melihat
Dia. Dan, Jika engkau tidak melihat Dia, Maka Sesungguhnya Dia tetap
melihat Engkau (Hadist Qudsi)
By : Anonim
assalamualaikum wr wb.. :)
ReplyDeleteWalaikum salam wr wb.
DeleteThank's telah berkunjung kesini bro.
Saya pun sangat suka berkunjung ke blog ini, artikel yang sangat bermanfaat Im like This
DeleteSalam.
DeleteThank's juga Bang, saya juga sering berkunjung keblog abang..!!
Salam.