Soal rasa dan perasaan, yang selalu mendera kita, mungkin bukan saatnya untuk mengungkapkan, ia selalu ada pada setiap kejadian dan waktu yang melingkupi.
Pikiran dan rasa adalah dua hal yang berbeda, dan menyikapi dengan cara yang tak sama pada satu persoalan. Terlalu jelas untuk di katakan lagi.
Terkadang indah memang bermain dengan rasa, dan mencoba untuk menelannya selagi mampu, kemudian di pikirkan setelah itu, ah terlalu gusar ku di buatnya.
Pikiran melompat-lompat, kata sebuah prosa lirih mengingatkan kita tentang bebannya, apalagi itu, tak ada yang lain apa, melompat-lompat, katak kali..!! mungkin sekedar sampah untuk mengungkapkannya, tapi selalu menderu untuk sebuah pertanyaan.
*****
Beban hidup semakin berat, sebuah cara untuk mengungkap rasa, atas fisik yang mulai lelah, atas derita yang selalu mengada di kehidupan.
Patut di tertawakan atau di tangisi, bersama kehidupan, bersama kepasrahan, menyerah pada nasib, atau bergantung pada takdir yang di janjikan.
Saat mengulang dan mengenang, ada yang tersisa, tanpa harus di sesali, akan ada saat yang tepat untuk mengatakannya, walaupun tak harus sekarang.
*****
*****
Saya harusnya bingung jika ada yang mengatakan, karena rasa adalah segalanya, kenapa begitu, sebesar itukah yang mesti di ketahui.
Pikiranku mungkin lagi bercanda, atau perasaanku yang yang tak menentu, terserah ia mengatakan apa, aku hanya ingin ada, dan mengatakan, itu adalah milik kita.
Oh dia lagi, tak adakah yang lain, atau hanya sekedar pemanis tanpa gula, atau mencari dan mencari, kenyataannya ia amat dekat, dekat sekali.
Karena Rasa adalah segalanya, saya harus membiasakan mendengarnya, walaupun aku tak suka dengan kata itu, ya mungkin kadang harus begitu.
Nice
ReplyDelete