Hidup senantiasa mengalir melewati berbagai macam tahapan di dalamnya. Ada tiga babak besar dalam tahapan kehidupan manusia, sebagaimana yang diucapkan Nabi Isa AS.
والسلام على يوم ولدت ويوم أموت ويوم أبعث حيا (مريم : 33)
Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali (Maryam : 33).
Tahapan kehidupan yang harus dilalui manusia itu, sesungguhnya hanyalah bentuk ujian dari Allah Ta’ala. Siapakah di antara manusia yang benar dalam keimanannya sehingga menjalankan amalan yang terbaik. Dan siapakah di antara manusia yang berdusta, sehingga asal-asalan dalam beramal.
Allah telah berfirman:
Allah telah berfirman:
الذى خلق الموت والحياة ليبلوكم أيكم أحسن (الملك :2)
Dialah (Allah) yang telah menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kalian, siapakah di antara kalian yang terbaik amalannya (Al Mulk : 2).
Dalam tahapan kehidupan itu ada sebuah peristiwa, yaitu benturan antara cita-cita seseorang dengan kenyataan hidup yang harus dilaluinya. Sangat banyak manusia yang memiliki cita-cita, ternyata tidak terealisasikan dalam hidupnya. Atau ada yang memiliki cita-cita, ternyata Allah memberikan sesuatu selain yang dicita-citakan.
Seperti kita yang sekarang tengah melewati satu tahapan dalam kehidupan kita. Yaitu dari tahapan sekolah di SLTA, menuju ke Perguruan Tinggi. Ada kalanya, kita memiliki segudang cita-cita ketika masih di SLTA. Tetapi sekarang, apakah benar cita-cita itu masih dapat kita wujudkan atau hanya sekedar mimpi. Ataukah kita sendiri serba gamang setelah lulus SLTA ini. Inilah benturan antara cita-cita kita dalam kehidupan dengan kenyataan yang kita temuia.Ada beberapa kegamangan setelah kita menyelesaikan studi kita di SLTA:
- Saya harus bekerja atau meneruskan sekolah ?
- Jika saya bekerja, apakah saya telah siap memasuki dunia kerja dan adakah perusahaan yang membutuhkan diri saya ?
- Jika saya sekolah, adakah biaya yang cukup untuk ke sana; atau mampukah otak saya menembus persaingan ketat masuk UMPTN.
- Jika saya tidak bekerja dan tidak sekolah; lalu saya mau ke mana ?
ولنبلونكم بشئ من الخوف والجوع ونقس من الأموال والأنفس والثمرات ... (البقرة : 155)
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan … (Al Baqarah : 155)
Lalu, bagaimana sikap kita saat ujian ini menghampiri kehidupan kita ?
Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan :
1. Tidak banyak berandai-andai
Rasulullah SAW telah berpesan kepada kita :
وَلاَ تَقُوْلْ لَوْ أَنىِّ فَعَلْتُ كَذاَ وَكَذاَ ... فَأِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ (مسلم)
Dan janganlah kamu berkata “andaikan aku berbuat begini dan begitu” … karena sesungguhnya berandai-andai itu membuka peluang amalan syaithan (Muslim).
Dalam suasan seperti ini seringkali yang kita lakukan hanyalah berandai-andai. Ada yang berandai-andai :
a. Andaikan saya dulu rajin belajar, pasti sekarang lebih enak saya menghadapi UMPTN
b. Andaikan orang tua saya kaya, pasti saya dapat melanjutkan sekolah ke manapun
c. Andaikan saya punya kenalan seorang pengusaha dan saya dapat masuk kerja
Berandai-andai seperti itu sama seklai tidak akan pernah menyelesaikan persoalan kita. Justru akan menjadikan kita hanya menyesal berkepanjangan.
2. Berusaha
2. Berusaha
Allah Ta’ala telah berfirman :
وقلاعملوا فسيرى الله عملكم وؤسوله والمؤمنون ... (التوبة : 105)
Dan katakanlah : bekerjalah kamu ! Maka Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman akan melihat pekerjaanmu itu … (At Taubah : 105).
Maka berusahalah semaksimal mungkin untuk menggapai cita-cita kita.
3. Berdo’a
Rasulullah SAW telah berpesan :
لاَ يَرُدُّ الْقَضاَءُ إِلاَّ الدُّعاَء ُ(الحاكم والترمذى)
Tidak ada yang dapat menolak taqdir kecuali do’a (Al Hakim dan At Tirmidzi).
Maka perbanyaklah do’a dan penuhilah adab-adab dalam berdo’a, semoga Allah Ta’ala mengabulkan do’a kita.
4. Tawakkal kepada Allah Ta’ala
4. Tawakkal kepada Allah Ta’ala
Allah Ta’ala berfirman :
(فإذا عزمت فتوكل على الله , إن الله يحب المتوكلين (أل عمران : 159)
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad. Maka bertawakallah kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya (Ali Imron : 159).
Jika kita telah berusaha dan berdo’a, maka kita bertawakkal kepada Allah Ta’ala. Maksud tawakkal adalah mempersiapkan diri menemui resiko yang paling buruk sekalipun dalam kerja kita. Kita yakin, bisa jadi pekerjaan kita akan sukses dengan gemilang; tetapi sebaliknya bisa juga gagal total. Kita telah mempersiapkan semuanya.
5. Ridha dengan semua yang terjadi.
Rasulullah SAW telah berpesan :
وَ إِ نَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوُمًا إِبْتَلاَهُمْ, فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخَطَ فَلَهُ السَّخَطُ (رواه التر مذى)
Dan sesungguhnya jika Allah Ta’ala mencintai suatu kaum, maka akan diujinya. Jika dia ridho, maka Allah Ta’ala akan memberikan keridhaan-Nya. Tetapi apabila dia murka, maka Allah Ta’ala juga akan memberikan kemurkaan-Nya (At Tirmidzi).
Segala sesuatu yang terjadi nantinya harus kita rela menerimanya. Kerelaan ini berarti kita bersiap untuk mencari alternatif lain yang dapat kita lakukan semaksimal mungkin. Jangan sampai, kerelaan kita bermakna statis, yaitu hanya berdiam diri menerima kenyataan hidup.
Demikianlah, beberapa kita kita menghadapi salah satu tahapan dalam kehidupan kita. Semoga Allah Ta’ala menuntun langkah kita. Amiin.
By : Anonim
By : Anonim
No comments:
Post a Comment
Terima kasih untuk teman blogger yang sudah sudi berkomentar di Blog ini :)