August 02, 2012

Katanya, sudah terlanjur

Ku sudah begini, mau diapa lagi, sudah nasibku lahir dalam kondisi begini, begitu kata seorang teman,  ketika kutanya mengapa ia memperlakukanhidupnya seperti itu, saya kemudian berpikir,  apakah itu  bentuk pernyataan keputusasaan, atau hanya sekedar pernyataan biasa yang tak bermakna.  ia bisa menjadi pernyataan bermakna jika memang seperti itu yang dilakukan, dan tak berubah sejak ia mengucapkan pernyataan tersebut, atau mungkin saja ia menunda sampai mneunggu waktu yang tepat untuk berubah.


Tak begitu susah untuk mendapatkan orang yang seperti ini, ia begitu sering kita jumpai dalam kehidupan, ada yang menganggap hidupnya sudah tak bermakna, hidupnya sudah hancur, aku tak bisa apa-apa lagi kecuali pasrah. Memang begitukah adanya, atau itu hanya masalah konsep diri yang salah ketika berhubungan  dunia di luar dirinya.

Menarik untuk memperhatikan teman sahabat atau orang terdekat kita yang mempunyai sikap seperti bukan untuk menertawakan tapi untuk memahami kemudian membantu mereka kelaur dari masalahnya dengan memberi solusi permanen yang tepat sehingga tak kembali ke kondisi itu lagi. Mungkin  kita juga pernah masuk dalam jurang keputusasaan tersebut, yang dengan susah payah keluar dari jurang gelap itu. Bagaimanapun hal itu sangat di benci oleh agama kita, karena tak ada lagi optimisme dan gairah dalam menjalani hidup, seakan hidup ini tak berguna kecuali menyisakan kepedihan.

Lantas apa yang harus kita lakukan jika kita menemui diri, sahabat atau orang dekat kita mengalami problem seperti ini, kita tak mungkin menghukumi mereka dengan mengatakan bahwa pa yang mereka lakukan adalah hal yang salah dan di cela dan itu ciri-ciri orang yang akan masuk neraka kemudian akan dibakar di atas tungku dengan api yang menyala-nyala. Saya kira kita mesti bijak, bahwa setiap orang kemungkinan pernah terjebak dalam hal keadaan seperti itu, Cuma mungkin kita cepat menyadari dan mencari jalan kelaur dari problem yang kita hadapi dan tidak mendiamkan diri kita terombag-ambing.

Yang harus sebenarnya di gugah adalah kesadaran diri mereka, bahwa hidup ini terlalu indah untuk disiasiakan, hidup adalah karunia dimana kebaikan-kebaikan bisa disemai utuk memperbaiki kualitas hidup. Karena Manusia punya pilihan-pilihan rasional yang bisa di gunakan untuk menentukan langkah-langkah apa saja yang mesti di lakukan, kita bisa memilih untuk menjadi apa saja yang kita inginkan sekarang dan dan dimasa yang akan datang yang sejalan dengan fitrah kita sebagai manusia. Karena manusia punya kemampuan untuk memilih, maka pada saat itukah kita punya tanggung jawab atas apa yang kita pilih.

Tanggung jawab lahir karena adanya pilihan dalam setiap tindakan dan sikap, dengan kemampuan tersebut, mestinya kita memperkaya pemahaman dan pengetahuan untuk melebarkan dan memperluas jangkauan pilihan kita, karena semakin kerdil pemahaman dan pengetahuan, pilihan-pilihan kita semakin kurang. Dengan luasnya pengetahuan dan pahaan kita bebas untuk menentukan skala prioritas dan alternative sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan hidup yang kita jalani.

Selain adanya pilihan, manusia dengan segala potensinya lahir dengan bawaan yang sama, sehingga secara umum bisa melakukan tindakan bijak yang bisa di lakukan oleh orang lain, karena Tuhan tak pernah mendiskriminasi hambanya, ada kebaikan tertinggi yang di janjikan pada hamba-hamba yang selalu bersyukur dan optimis dalam hidupnya, maka dari itu, tak ada tempat untuk bergalau/resah dimasa sekarang, yang  harus ada adalah semangat dan girah baru dalam menjalani kehidupan.

Ditulis Oleh : Beck Inspiration

Artikel Katanya, sudah terlanjur ini ditulis oleh Beck Inspiration pada hari August 02, 2012. Terimakasih atas kunjungan Anda pada blog ini. Kritik dan saran tentang Katanya, sudah terlanjur Dapat Anda sampaikan melalui kotak komentar dibawah ini.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih untuk teman blogger yang sudah sudi berkomentar di Blog ini :)


Tinggal Jejak Di Sini atau di kotak Komentar..!!

KOMPAStekno

Jaringan Pertemanan

inet.detik