Semalam saya menonton beberapa video di Youtube yang
mengulas tentang Jokowi-Ahok, sebagian dari
video-video itu adalah liputan beberapa stasiun TV swasta nasional yang
memaparkan sosok Jokowi-Ahok, sebelum dan
sesudah memimpin DKI Jakarta. Dari video tersebut saya merasa seperti menemukan sosok
pemimpin seperti yang saya idealkan, merakyat, peduli, cekatan, cerdas dan
menginspirasi orang lain. Jokowi
menjelma menjadi selebrity (sangat
terkenal) yang menjadi sosok idola bagian sebagian besar warga kota Jakarta,
serta menginspirasi banyak orang di seluruh Indonesia, yang memimpikan sosok
pemimpin berintegritas dan punya kepedulian tinggi.
Jokowi memang sosok fenomenal yang tampil sebagai gubernur DKI Jakarta menggantikan Fauzi Bowo (Foke) melalui pemilihan langsung dalam 2 (dua) putaran. Sebelum pemilihan
putaran pertama, hampir semua lembaga survey mengunggulkan pasangan Foke-Nara, dengan elektibilitas tertinggi, di antara 5 (lima) pasangan yang bertarung dalam
pemilihan gubernur DKI Jakarta tersebut. Fauzi Bowo (Foke) sebagai putra betawi asli
memang di prediksi memenangi pemilu DKI Jakarta, yang banyak di dukung oleh
faktor primordialisme (suku dan agama).
Memang keberhasilan Jokowi memenangi pemilu gubernur DKI
Jakarta memperlihat sesuatu yang sangat radikal dalam dunia politik, tentunya
melihat dari sudut pandang politik maenstream, di mana seorang calon di katakan
berpeluang besar jika di dukung oleh
beberapa partai besar dan dana yang memadai. Jokowi memang tampil sebagai calon
yang usung dari 2 (dua) partai, PDI perjuangan
dan partai Gerindra, partai yang agak
konsisten pada perjuangan kepentingan rakyat kecil. Tetapi ketika lolos
keputaran kedua, otomatis tim pemenangan Jokowi-Ahok seakan di kepung oleh
partai besar, walaupun menjadi pasangan yang banyak menuai pemilih pada putaran pertama, tetapi pada putaran kedua hal itu seakan belum bisa memberikan
kepastian, karena harus bertarung satu lawan satu dengan Petahana (Juara
bertahan Foke) yang didukung oleh sebagian besar partai besar, dan tentunya dana
yang besar pula, sehingga sebelum putaran kedua tersebut di mulai, di berbagai
media ramai mengangkat topik hot Jokowi-Ahok di kepung partai besar.
Sehingga suatu ketika, pada saat Ketua tim pemenangan Jokowi-Ahok di undang di
sebuah acara pagi sebuah TV swasta, dan
di Tanya tentang peluang Jokowi-Ahok di tengah gempuran partai besar, Dia
berkata dengan sangat diplomatis, bahwa dia Berkoalisi dengan Rakyat.
Mata Publik seakan terbuka, ketika Jokowi-Ahok keluar dari
gempuran kepungan koalisi Partai besar Foke-Nara, sekaligus memastikannya sebagai
pemenang pemilu Gubernur DKI Jakarta. Media dan masyarakat awam semakin tertarik
dengan apapun tentang Jokowi-Ahok, terutama pada gaya kepemimpinan Jokowi yang yang selalu di sorot
media, terutama pada pembuktian kinerja Jokowi-Ahok pada 100 hari awal
kepemimpinanya.
Hal yang Menarik untuk di lihat, dari gaya kepemimpinan Jokowi-Ahok
dalam masa 100 hari awal masa jabatannya, sehingga saya mencoba mengurutkan beberapa point dari gaya kepemimipinan Jokowi.
Pertama : Cekatan, Sehari setelah di lantik, Jokowi langsung
turun kelapangan melihat langsung kondisi masyarakatnya, sebagai langkah awal
untuk memulai melakukan pembenahan dan penyelesaian terhadap kendala dan masalah yang di hadapi
warga Jakarta. Hal yang berbeda dengan pemimpin yang ada, dan pernah kita lihat,
dimana seorang pemimpin ketika telah di lantik maka ia akan berkordinasi dahulu
dengan unsur-unsur elit baik partai atau jajaran di pemerintahannya.
Kedua : Tak Puas, Jokowi adalah tipe pemimpin yang tak
hanya puas pada laporan bawahannya akan masalah-masalah yang terjadi pada
masyarakat bawah, terutama pada pelayanan publik yang cenderung amburadul dan
tak menjadi prioritas di masa pemerintahan sebelumnya.
Ketiga : Differensiasi, harus diakui bahwa gaya
kepemimpinan Jokowi sangat berbeda dengan gubernur sebelumnya, ia mampu
melakukan perbedaan yang baik, dalam kinerja dan cara memperlakukan bawahan. Ia
juga merombak aturan protokoler yang
menjadi ciri khas pejabat publik, terutama ketika ia mengunjungi suatu tempat,
dengan meniadakan Rider Force (Pasukan pengawal bermotor besar), menurutnya
Rider force akan membuatnya lebih ribet, juga bukan gayanya menggunakan
pengawalan ketat.
Keempat : Kepekaan, Keputusannya untuk tak menggunakan
Rider Force (Pasukan pengawal bermotor besar) juga merupakan tanda/sinyal, bahwa
ia adalah sosok yang peka dengan masalah yang sering di hadapi masyarakat pengguna jalan, yang sering kali di hadapkan
pada kemacetan yang menyebalkan, ia ingin turut merasakan bagaimana tersiksanya
termanggu di jalan karena kemacetan, sehingga ia bisa mencarikan solusi yang
pas bagi kemacetan yang kerap menjadi pemandangan umum di Jakarta. Penggunaan Rider Force bagi pejabat publik, Presiden, Gubernur, Bupati, selain untuk keamanan,
juga turut melancarkan perjalanan sang pejabat ketika melakukan kunjungan,
sehingga cenderung arogan dan tak
memperhatikan pejalan yang lain yang menggunakan jalan yang sama, dengan menyerobot jalan, atau terkadang menutup
jalan yang akan di lalui seorang atau rombangan pejabat.
Kelima : Konsisten, memasuki 100 hari masa kepemimpinannya,
Jokowi-Ahok berusaha sekuat tenaga untuk konsisten dengan janji mereka semasa
kampanye, salah satunya dengan mewujudkan KJS (kartu jakarta sehat) yang telah
di luncurkan beberapa pekan yang lalu. Untuk mengatasi banjir, dalam kepemimpinannya, sebagai
langkah awal dengan melakukan pengerukan endapan sampah dan sedimen pada
bantaran kali yang juga merupakan penyebab utama banjir, karena badan sungai
menjadi menyempit dan dangkal. Juga bagian Dalam programya mengatasi
banjir, ia juga berusaha merelokasi penduduk di sekitar bantaran kali ketempat
yang lebih nyaman, ia juga berusaha melakukan sosialisasi pada penduduk sekitar
sungai untuk menggugah kesadaran mereka,
supaya tidak membuang sampah kesungai.
Keenam : Menginspirasi, sosok pemimpin yang baik adalah
seorang yang punya kemampuan menginspirasi dan memotivasi bawahannya dan
sekitarnya, tentu dengan tindakan dan ucapannya, seperti yang selama ini dia
lakukan dalam masa 100 hari kepemimpinannya.
Saya kira banyak hal yang bisa kita ceritakan tentang
sosok Jokowi ini, apa yang saya ceritakan dalam point-poit diatas merupakan
satu-kesatuan dari sikap dan karakter seorang Jokowi, sehingga kita hanya bisa
berharap bahwa apa yang sedang dan akan di lakukannya nanti merupakan bagian dari pengabdiannya sebagai
pemimpin yang amanah, tipe kepemimpinan yang sudah jarang kita dapat dan
temukan, karena hanya tipe kepemimpinan seperti itulah yang bisa membawa
masyarakat kearah yang lebih baik, sebuah karakter kepemimpinan yang lebih condong pada
fungsi (kinerja) dari pada sebuah status (pencitraan).
Dari berbagai sumber
Sumber gambar :
- http://m.lensaindonesia.com
- http://haqiqie.wordpress.com
Setuju dengan isi posting nya. Jokowi Ahok memang fenomenal karena saat ini kita kehilangan figur pemimpin yang merakyat dan merasakan yang dirasakan rakyat.
ReplyDeleteBtw Mas, kalau berkenan minta link widget untuk yang "artikel menarik lainnya" dong. hahaha keren bisa gerak, mau gua pasang di blog gua. Thx
Semoga pak Jokowi tetap istiqamah dengan amanah yang telah diberikan rakyat DKI Jakarta
ReplyDeleteYang paling penting sih konsistensi beliau dalam membangun negara ini. Beliau sadar kalau negara ini masih bbanyak masalah yang belum terselesaikan. Kerjanya pun sudah banyak yang kelihatan hasilnya
ReplyDelete