Isi dari buku, bisa kita kategorikan dalam beberapa klasifikasi:
1. Fiksi.
Jika suatu buku, semata-mata adalah hasil Imajinasi , hasil fantasi dari si pengarang.
Contoh: Novel-novel.
2. Fiksi sejarah, Fiksi Ilmiah, Fiksi yang digabung dengan kenyataan.
Jika suatu buku merupakan gabungan dari fantasi si pengarang dan kenyataan baikpun itu kenyataan dalam bidang sejarah, dalam bidang ilmiah, dalam bidang keagamaan atau yang lainnya.
Contoh: karya-karya Kho Ping Hoo
3.Keilmuwan, yang bisa dibagi dua, Keilmuwan dibidang Sosial, Keilmuwan dibidang Pengetahuan Alam.
Buku di bidang keilmuwan di bidang Sosial termasuk di dalamnya tentang ilmu-ilmu filosofi Sosial, ilmu-ilmu pelajaran sosial, dll.
Buku-buku di bidang Pengetahuan Alam termasuk di dalamnya tentang filosofi ilmu Alam, ilmu-ilmu pelajaran bidang ilmu Alam, seperti Fisika, Kimia, Biologi, dll.
Contoh: Beberapa Buku-buku pelajaran yang kita terima dari pendidikan formal.
4. Agama.
Buku-buku di bidang Agama ini, sebanyak agama yang ada di dunia, baikpun itu Kitab suci yang ada, maupun penjelasan atau pengertian-pengertian atau tafsir-tafsir dari praktek keagamaan.
Dalam masalah keagamaan ini, Kitab Suci saya masukkan di dalam kategori Buku atau Kitab, karena sama-sama kita maklumi bahwa Kitab Sucipun setelah ditulis, tulisan atau kitab itu merupakan hasil karya manusia, meskipun isinya diyakini berasal dari sang Pencipta.
Contoh: Banyak....
II. Latar Belakang Pengarang.
Latar Belakang Pengarang ini, bisa kita bedakan dari
1. Bidang keilmuwan yang dikuasainya.
Misalkan saja, seorang Dr. Hewan menulis suatu buku tentang kejiwaan seseorang, maka kita bisa mengatakan bahwa buku itu tidak ditulis oleh ahlinya.
Contoh: Buku,Mengenal Jati Diri Manusia, karya salah seorang lulusan Teknik ITB.
2. Proses Pencarian dari si Pengarang.
Contoh di atas akan menjadi berbeda misalkan, meskipun seorang Dr.Hewan, tetapi secara otodidak, atau dia telah mempelajari ilmu kejiwaan melalui jalur informal yang dapat dipercaya, maka buku tentang kejiwaan yang ditulis oleh Dr.Hewan itu bolehlah kita bilang bahwa itu ditulis oleh orang yang ahli dibidang kejiwaan pula.
Contoh: Kitab tahafut al falasifah karya Imam Ghozali, Imam Ghozali secara keilmuwan formal bukanlah lulusan perguruan tinggi jurusan Filsafat, tetapi beliau otodidak menulis tentang filsafat.
Atau Bukunya Dibawah Bendera Revolusi karya Ir Sukarno, beliau lulusan teknik, tetapi otodidak ahli dibidang politik.
III. Macam-macam Kedalaman dari Isi.
Dilihat dari kedalaman, bisa kita kategorikan dalam beberapa bagian.
1.Suatu buku tentang sesuatu yang ditulis oleh ahlinya dan semata mata untuk menyampaikan ilmu yang diketahuinya, menduduki peringkat awal sebagai buku yang isinya bisa kita pelajari secara serius.
Contoh: kitab Minhajul Abidin karya Imam Ghozali.
2.Tetapi, suatu buku yang isinya ditulis karena tujuan dan Maksud tertentu yang itu bukan dimaksudkan untuk menyampaikan ilmu, maka isinya tidak bisa kita pelajari, ataupun kita teliti ataupun kita analisa secara serius.
Baikpun itu karena ada maksud dan tujuan masalah politik misalnya, ataupun karena ada maksud dan tujuan masalah Ekonomi, atau Budaya, ataupun kesenangan belaka, buku-buku seperti ini sebaiknya dibaca sambil lalu saja, karena sedikit sekali ilmu yang bisa kita ambil dari buku-buku yang dilandasi maksud dan tujuan demikian.
Contoh: Banyak...
Di sinilah, akan kita lanjutkan dengan membahas kedalaman dari buku-buku yang memang dengan maksud dan tujuan karena semata-mata menyampaikan ilmu yang diketahuinya.
Maka perhatikanlah beberapa hal seandainya engkau membaca buku-buku seperti ini.
1. Siapakah pengarangnya ??
Nama kadang bisa saja sama, tetapi orangnya berlainan, yang berarti pemikirannya akan berlainan pula.
Contoh: penulis atau pengarang terkenal, ada Imam Ghozali, ada Imam al-Ghozali, yang ternyata adalah dua orang yang berbeda.
Penulis Imam Suhrawardi, ternyata yang memiliki nama ini ada 2 orang ( setahu saya )
2. Bagaimanakah bidang keilmuwannya ??
Apakah bisa kita kategorikan pengarangnya adalah ahlinya dari sudut formal pendidikan pengarangnya, ataukah ahlinya karena proses nonformal dari pendidikan pengarangnya, ataukah yang menulis buku itu bisa dikategorikan bukan ahlinya.
Contoh: Dari latar belakang pengarang, biasanya kita tahu bahwa seseorang itu expert atau tidak dalam masalah yang ditulisnya.
3. Saat buku itu ditulis, bagaimanakah bidang keilmuwan pengarangnya ??
Apakah dia sudah bisa dikategorikan benar-benar ahli, ataukah masih dalam proses sebagai ahli, atau masih ½ ahli atau masih ¼ ahli, dll.
Contoh: Banyak karya ibnu Taimiyah yang membahas tentang tasawuf, padahal waktu buku itu ditulis, beliau belum pernah mendalami tasawuf.
Hal ini berbeda, setelah di akhir hayatnya, beliau saat di dalam penjara, kemudian beliau mendalami tasawuf, dan kemudian menulis kitab tentang tasawuf.
Contoh lain: Buku-buku karya Imam Ghozali, bedakan saat beliau masih menjadi rektor atau guru besar satu pendidikan tinggi (sebelum beliau mendalami tasawuf) dan sesudah beliau mendalami tasawuf).
Saat kita ingin memahami ilmu tasawuf, maka carilah buku-buku Imam Ghozali saat beliau sudah mendalami tasawuf, dan jangan buku karangan beliau saat beliau belum mendalami tasawuf.
4. Apakah itu kategori buku-buku yang isinya adalah ilmu yang sederhana ???
Semua lapisan bisa memahami untuk isi buku yang demikian, baikpun itu untuk pembaca tingkat pendidikan rendah, maupun kalangan umum lainnya.
Contoh: kitab-kitab Fiqih, Ushuludin, dll.
5. Apakah itu kategori buku-buku yang isinya adalah ilmu menengah ???
Sebagian orang bisa memahami sebagian tidak.
Contoh: Kasful Mahjub karya AL Hujwiri, Awarif al Ma'arif karya Imam Suhrawardi, Risalah al Qusyoiri karya Imam al Qusyoiri.
6. Ataukah kategori buku-buku yang isinya adalah ilmu yang rumit-rumit ???
Bisa diistilahkan merupakan ilmu lanjutan, yang memerlukan pembaca juga seorang yang minimal sudah memiliki dasar keilmuwan yang sama atau memiliki dasar pemahaman yang dapat menangkap isi dari buku ini.
Contoh: Daqoikul Akbar, Futuhat al Makiyah karya Imam Arobi, Musyawarah Burung karya Fariduddin attar, Tahafut al falasifah karya Imam Ghozali,
Durun nafis karya Muhammad Syech al Banjari. Martabat tujuh karya Syeh Muhyiddin, menyoal "Wahdatul Wujud" karya Abdurrauf Singkel, dll.
Khusus untuk buku-buku yang rumit ini, ada baiknya, meskipun rasa ingin tahu anda besar, ada baiknya anda memiliki pembimbing di dalam memahami buku-buku yang rumit itu.
Karena buku-buku yang rumit-rumit ini dapat menyebabkan Akal Pikir kita tidak mampu menerima, yang justru hanya akan mendapatkan kebingungan-kebingungan atau malahan bahayanya apabila ada kesalah pahaman di dalam masalah iktiqod yang ternyata yang kita pahami salah atau tidak sesuai dengan maksud si pengarang buku.
Dengan memahami beberapa hal di atas, dimaksudkan di dalam membaca suatu kitab, kita tidak "Menyama ratakan", atau "nggebyah uyah", sehingga diharapkan dapat menempatkan segala sesuatu pada tempatnya..
Moga-moga Alloh melimpahkan rohmat berkat serta hidayahnya pada kita semua dan semoga apa yang saya tulis ini membawa manfaat bagi kita semua dan dipahami sebagaimana mestinya.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih untuk teman blogger yang sudah sudi berkomentar di Blog ini :)