Apa yang kita bayangkan dengan judul diatas..?? mungkin pertentangan, ketidaksetujuan atau
persaingan. Yang jelas. Saya hanya bingung mau memberi judul apa postingan ini, karena saya hanya
akan menceritakan tentang pengalaman saya, tentang kedua media tersebut diatas. Mungkin
tak ada yang unik, karena setiap orang sudah akrab
dengan media yang saya maksud.
Media online, seperti yang
sudah kita ketahui bersama, adalah sarana untuk
berbagai informasi di dunia maya, bisa portal berita, blog, jejaring sosial, website, forum dll. Sedangkan media
cetak, sama saja pengertiannya, akan
tetapi dalam bentuk cetak, seperti Koran harian, majalah, jurnal atau pun pamplet, dan selebaran. Tentunya media-media ini, mungkin sering kita
gunakan untuk mendapatkan informasi atau berita.
Jadi mengapa saya harus memberinya kata versus (Vs)..?? Apakah dua media mainstream tersebut, memberikan informasi/pengetahuan yang berbeda satu sama lain. Saya tak
membahasnya seperti itu, saya hanya menceritakan
tentang perkenalan dan keakraban saya dengan dua media tersebut. jadi
tak usah
berpikiran bahwa apa yang saya sampaikan di sini memuat polemik seputar media online
dan media cetak.
Setahun yang lalu saya
berlangganan salah satu media cetak, tepatnya Koran
harian Kompas, saat itu ada sales kompas
yang mampir ketempatku, untuk menawarkan Koran tersebut, dan katanya untuk kalangan
mahasiswa, tentunya dengan harga berlangganan setiap bulan sekitar 50 ribu. Bagi saya, yang memang belom pernah berlangganan Koran harian
sebelumnya, saya betul-betul tertarik, bukannya tak tertarik
dengan harian lokal, Cuma saya ingin membaca Koran harian dengan format
/sajian yang lebih beragam menyajikan
informasi/berita, sehingga saya memutuskan untuk
berlangganan harian kompas.
Saat itu, saya belumlah begitu aktif menggunakan internet, karena belom sempat untuk memelikii
modem. Saya begitu menikmati setiap pagi membaca harian kompas. Karena
informasi yang di sajikannya begitu
beragam, bukan berarti saya menafikan media cetak yang lain, Cuma saya juga lebih dulu
berkenalan dengan harian ini, sehingga belum kepikiran untuk berlangganan
dengan harian yang lain, baik yang lokal ataupun yang harian
nasionlal.
Memasuki bulan Ramadhan yang lalu, saya sudah jarang membaca harian kompas, karena saya betul-betul menjadi pengguna internet yang aktif, seakan-akan tak ada kesempatan lagi untuk membaca Koran harian, yang notabene saya masih berlangganan. Saya kemudian berpikiran untuk berhenti berlangganan harian kompas pada pertengahan Ramdhan, dengan alasan, bahwa saya akan pulang kampung untuk mudik lebaran, dan saya akan mengontak/menghubungi kembali jika ingin berlangganan lagi, begitu yang saya sampaikan pada penagih iuran kompas waktu ia datang terakhir ketempatku. Saya berpikiran bahwa jika saya pulang kampung dan masih berlangganan, maka tak ada yang membaca harian itu, akan mubazir jadinya, kalau sebelumnya, walaupun saya jarang membaca harian ini, tapi teman-teman yang lain, banyak yang datang ke kost untuk membacanya.
Saya sebenarnya tidak mengerti
bagaimana penagih iuran kompas tersebut memahami bahasa saya, ketika saya
menyampaikan kepadanya bahwa saya akan berhenti berlangganan dan nanti mengontak kembali jika ingin berlangganan
lagi, maksudku jika saya tak mngontak lagi, maka saya memutuskan untuk tidak berlangganan
lagi selamanya. Anehnya sekitar 4 hari yang lalu loper Koran harian Kompas datang lagi, membawakan harian
tersebut, padahal saya belom pernah mengontaknya, jadi sudah sekitar 4 hari ini, saya menerima harian
kompas setiap paginya, dan belum ada satupun yang saya baca..
Saya mereka-reka bahwa ini masalah miskomunkasi, di mana apa yang kita sampaikan tidak mampu di pahami oleh
oang lain, penyebabnya bisa bermacam-macam, bisa karena saya menyampainnya
dengan tidak begitu baik, atau saya yang kurang begitu tegas, sehingga miskomunikasi bisa terjadi. Apa jadinya, jika kejadian yang saya alami, terjadi pada hal-hal yang
urgen/penting, yang menyangkut kehidupan orang banyak. Misalnya
president mengamantkan kepada pimpinan
kepolisian untuk memberantas korupsi, tetapi Kapolri
malah tidak betindak seperti apa yang di
maksud sang President. Dan hebatnya hal
seperti ini sering terjadi, jangan-jangan para elit politik tidak punya
kompetensi dalam mengemban amanat
yang di berikan, atau memang tidak ada itikad baik untuk melaksanakan aturan hukum yang ada, kita sebagai rakyat biasa, hanya bisa berharap semoga para pejabat/elit
politik itu tidak melakukan seperti apa yang terjadi pada saya, dan penagih iuran harian kompas tersebut.
Semoga.
Sumber Gambar :
Sumber Gambar :
No comments:
Post a Comment
Terima kasih untuk teman blogger yang sudah sudi berkomentar di Blog ini :)