Pesatnya perkembangan teknologi komunikasi yang ditandai dengan kehadiran sejumlah piranti komunikasi mutakhir, di mana setiap orang dapat mengolah, memproduksi, serta mengirimkan maupun menerima segala bentuk pesan komunikasi, di mana saja dan kapan saja, seolah-olah tanpa mengenal batasan ruang dan waktu, dengan sendirinya telah memacu terjadinya perkembangan di sektor media massa, yang merupakan bagian dari komponen komunikasi.
Akibatnya, serbuan informasi yang bersumber dari media massa, baik cetak maupun elektronik, sebagai akibat dari perkembangan itu pun mulai terasa.
Disadari atau tidak, saat ini kita memang telah berada dalam suatu lingkaran yang sarat akan informasi.
Hal ini tentunya akan memberikan dampak-dampak tertentu bagi ummat Islam, baik positif maupun negatif. Namun pastinya, yang perlu diwaspadai adalah dampak negatif dari gencarnya perkembangan tersebut yang secara tidak langsung mulai mengisi liku-liku kehidupan umat Islam, serta dikhawatirkan dapat menggerogoti akidah dan keimanan umat.
Sebagai catatan, dalam beberapa dasawarsa terakhir ini perkembangan media massa dan arus informasi di Indonesia memang terbilang luar biasa. Seperempat abad yang lalu, Indonesia adalah negara ketiga di dunia yang memanfaatkan satelit sebagai sarana komunikasi domestik, setelah Amerika dan Kanada.
Pada tahun 1986, Indonesia dalah negara satu-satunya di Asia Tenggara yang mengizinkan penggunaan antena parabola secara bebas. Saat itulah, arus informasi global yang sarat akan limbah budaya mulai menghantam.
Tak hanya itu, dalam kurun waktu yang singkat (1989-1993), lima stasiun televisi swasta hadir mendampingi TVRI, memanjakan masyarakat dengan berbagai tayangan.
Dan kini, sejumlah stasiun TV baru juga muncul kembali. Bukan cuma televisi, media radio dan media cetak pun tampaknya memiliki pertumbuhan yang cukup signifikan. Belum lagi jutaan situs yang tersebar di jaringan internet.
Memang, tampaknya adalah suatu hal yang musykil bagi kita untuk menghindar dari serbuan informasi, kecuali bila kita mengisolir diri dari kemajuan peradaban. Namun yang jelas, bagi seorang Muslim sesungguhnya tidak perlu khawatir dengan adanya perkembangan teknologi tersebut. Sebab Allah SWT telah mengisyaratkan melalui firman-Nya dalam QS Ar Ra'd (13) ayat 39-43, bahwa tiap-tiap masa mempunyai tantangan dan jawabannya sendiri-sendiri.
Pesatnya perkembangan iptek merupakan tantangan yang harus kita jawab. Untuk itu mungkin kita perlu sedikit mengkaji sebuah nasihat dari Sayyidina Ali Krw yang bunyinya: "Siapa yang merasa aman menghadapi zaman, zaman akan menghancurkannya. Siapa yang tinggi hati menghadapi zaman, zaman akan merendahkannya. Siapa yang bersandar pada tanda-tanda zaman, zaman akan menyelamatkannya.''
Relevansinya, manusia dengan segala keterbatasannya adalah makhluk yang sempurna, karena memiliki akal dan pikiran yang dapat digunakan untuk memngantisipasi segala keadaan yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Sebagai makhluk yang berakal dan berpikir, kita memang tidak boleh merasa aman dalam menghadapi zaman. Artinya, kita tidak boleh lengah atas segala hal yang bisa menggerogoti akidah dan keimanan kita, termasuk yang datangnya dari perkembangan teknologi komunikasi berupa serbuan informasi melalui media massa.
Dari sudut lain, kita pun tidak boleh tinggi hati dengan menganggap semua bentuk perkembangan zaman adalah kemudharatan. Sebab jika seorang Muslim sudah berpikir begitu, maka ia akan terlibas oleh perkembangan zaman. Akibatnya, ia akan jatuh rendah sebagai manusia yang ketinggalan zaman.
Seorang Muslim idealnya mampu bersandar pada tanda-tanda zaman. Artinya, ia mampu mengantisipasi segala perkembangan yang ada tanpa meninggalkan akidahnya.
Dalam konteks serbuan informasi, mungkin kita sangat perlu untuk mengingat firman Allah SWT dalam QS Al Hujurat (49) ayat 6, yang artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatan itu."
Firman Allah di atas sesungguhnya merupakan instruksi yang amat tegas bagi setiap Muslim untuk bersikap kritis, tidak asal telan saja segala informasi yang datang bertubi-tubi setiap hari, jam, menit, bahkan detik. Jadi yang harus kita lakukan adalah bagaimana menciptakan suatu teknologi yang bermanfaat dan membawa kemaslahatan bagi seluruh umat manusia.
Seorang Muslim seharusnya mampu memanfaatkan teknologi sebagai tanda kemajuan zaman dengan sebaik-baiknya. Untuk itu, tentu saja dibutuhkan kepintaran seorang Muslim untuk mampu menyeleksi dan mengkaji informasi yang datang melalui teknologi tersebut, sebab yang namanya distorsi dan polusi informasi akan selalu ada ketika sampai pada diri kita.
Memang, untuk merealisasikan atau memanfaatkan teknologi agar bernilai postif tidaklah gampang. Tapi, itulah tantangan zaman yang harus kita jawab. Yang pasti, kita harus senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Jadikanlah teknologi sebagai sarana untuk meningkatkan kecintaan kita kepada Allah SWT, karena teknologi merupakan bagian dari tanda-tanda kebesaran Allah. Manusia dapat menciptakan teknologi yang hebat, namun Allah adalah Pencipta Yang Mahahebat. Jangan sampai kita diperbudak oleh perbuatan kita sendiri.
Akibatnya, serbuan informasi yang bersumber dari media massa, baik cetak maupun elektronik, sebagai akibat dari perkembangan itu pun mulai terasa.
Disadari atau tidak, saat ini kita memang telah berada dalam suatu lingkaran yang sarat akan informasi.
Hal ini tentunya akan memberikan dampak-dampak tertentu bagi ummat Islam, baik positif maupun negatif. Namun pastinya, yang perlu diwaspadai adalah dampak negatif dari gencarnya perkembangan tersebut yang secara tidak langsung mulai mengisi liku-liku kehidupan umat Islam, serta dikhawatirkan dapat menggerogoti akidah dan keimanan umat.
Sebagai catatan, dalam beberapa dasawarsa terakhir ini perkembangan media massa dan arus informasi di Indonesia memang terbilang luar biasa. Seperempat abad yang lalu, Indonesia adalah negara ketiga di dunia yang memanfaatkan satelit sebagai sarana komunikasi domestik, setelah Amerika dan Kanada.
Pada tahun 1986, Indonesia dalah negara satu-satunya di Asia Tenggara yang mengizinkan penggunaan antena parabola secara bebas. Saat itulah, arus informasi global yang sarat akan limbah budaya mulai menghantam.
Tak hanya itu, dalam kurun waktu yang singkat (1989-1993), lima stasiun televisi swasta hadir mendampingi TVRI, memanjakan masyarakat dengan berbagai tayangan.
Dan kini, sejumlah stasiun TV baru juga muncul kembali. Bukan cuma televisi, media radio dan media cetak pun tampaknya memiliki pertumbuhan yang cukup signifikan. Belum lagi jutaan situs yang tersebar di jaringan internet.
Memang, tampaknya adalah suatu hal yang musykil bagi kita untuk menghindar dari serbuan informasi, kecuali bila kita mengisolir diri dari kemajuan peradaban. Namun yang jelas, bagi seorang Muslim sesungguhnya tidak perlu khawatir dengan adanya perkembangan teknologi tersebut. Sebab Allah SWT telah mengisyaratkan melalui firman-Nya dalam QS Ar Ra'd (13) ayat 39-43, bahwa tiap-tiap masa mempunyai tantangan dan jawabannya sendiri-sendiri.
Pesatnya perkembangan iptek merupakan tantangan yang harus kita jawab. Untuk itu mungkin kita perlu sedikit mengkaji sebuah nasihat dari Sayyidina Ali Krw yang bunyinya: "Siapa yang merasa aman menghadapi zaman, zaman akan menghancurkannya. Siapa yang tinggi hati menghadapi zaman, zaman akan merendahkannya. Siapa yang bersandar pada tanda-tanda zaman, zaman akan menyelamatkannya.''
Relevansinya, manusia dengan segala keterbatasannya adalah makhluk yang sempurna, karena memiliki akal dan pikiran yang dapat digunakan untuk memngantisipasi segala keadaan yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Sebagai makhluk yang berakal dan berpikir, kita memang tidak boleh merasa aman dalam menghadapi zaman. Artinya, kita tidak boleh lengah atas segala hal yang bisa menggerogoti akidah dan keimanan kita, termasuk yang datangnya dari perkembangan teknologi komunikasi berupa serbuan informasi melalui media massa.
Dari sudut lain, kita pun tidak boleh tinggi hati dengan menganggap semua bentuk perkembangan zaman adalah kemudharatan. Sebab jika seorang Muslim sudah berpikir begitu, maka ia akan terlibas oleh perkembangan zaman. Akibatnya, ia akan jatuh rendah sebagai manusia yang ketinggalan zaman.
Seorang Muslim idealnya mampu bersandar pada tanda-tanda zaman. Artinya, ia mampu mengantisipasi segala perkembangan yang ada tanpa meninggalkan akidahnya.
Dalam konteks serbuan informasi, mungkin kita sangat perlu untuk mengingat firman Allah SWT dalam QS Al Hujurat (49) ayat 6, yang artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatan itu."
Firman Allah di atas sesungguhnya merupakan instruksi yang amat tegas bagi setiap Muslim untuk bersikap kritis, tidak asal telan saja segala informasi yang datang bertubi-tubi setiap hari, jam, menit, bahkan detik. Jadi yang harus kita lakukan adalah bagaimana menciptakan suatu teknologi yang bermanfaat dan membawa kemaslahatan bagi seluruh umat manusia.
Seorang Muslim seharusnya mampu memanfaatkan teknologi sebagai tanda kemajuan zaman dengan sebaik-baiknya. Untuk itu, tentu saja dibutuhkan kepintaran seorang Muslim untuk mampu menyeleksi dan mengkaji informasi yang datang melalui teknologi tersebut, sebab yang namanya distorsi dan polusi informasi akan selalu ada ketika sampai pada diri kita.
Memang, untuk merealisasikan atau memanfaatkan teknologi agar bernilai postif tidaklah gampang. Tapi, itulah tantangan zaman yang harus kita jawab. Yang pasti, kita harus senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Jadikanlah teknologi sebagai sarana untuk meningkatkan kecintaan kita kepada Allah SWT, karena teknologi merupakan bagian dari tanda-tanda kebesaran Allah. Manusia dapat menciptakan teknologi yang hebat, namun Allah adalah Pencipta Yang Mahahebat. Jangan sampai kita diperbudak oleh perbuatan kita sendiri.
By : Anonim
Salam.
ReplyDeleteMantap postingannya, ditingkatkan ces.
Salam