Potret dan Nasib Buram Perempuan Pada Masa
Penjajahan
Masalah yang pasti timbul dari kolonialisasi di mana
pun adalah persoalan perempuan. Pegawai Kompeni yang datang ke Indonesia
semuanya adalah laki-laki dan dalam jumlah yang sangat banyak. Pada awalnya
perempuan pribumi dianggapnya sedemikian kotor dan tidak memiliki kesopanan dan
peradaban sehingga tidak layak untuk dijadikan istri dan ibu dari anak-anak
para pembesar Belanda.
Jan Pieterszoon Coen, yang merupakan pendiri Batavia berusaha mengatasi
hal ini dengan mencoba meminta kiriman anak gadis yang berumur antara 10-12
tahun dari rumah-rumah yatim piatu di Verenigde Provincien. Dengan demikian di
Batavia, yang pada masa itu merupakan pusat dari segala kegiatan Kompeni di
Asia, akan terdapat banyak keluarga yang terhormat yaitu perkawinan pegawai
Kompeni dengan gadis-gadis yang mewarisi sifat-sifat baik keluarga Belanda .
Dalam surat
permohonannya Coen menulis "Perempuan adalah prasyarat dalam berdagang.
Jika perempuan tersedia di pasar-pasar perdagangan, Hindia akan menjadi milik
Anda" demikian dinyatakan Coen kepada Heren XVII.
Namun demikian, proyek pengadaan perempuan Belanda
ini ternyata gagal. Gadis-gadis tak ternoda seperti yang diharapkannya tidak
pernah dikirim. Kapal Wapen van Horn yang berlabuh di Batavia hanya membawa perempuan lusuh yang
menurut Coen seolah-olah bukan asuhan manusia melainkan berasal dari hutan
rimba, tak jauh dari kondisi para perempuan pribumi. Oleh karena itu hanya
dalam satu dasawarsa upaya mendatangkan permpuan Belanda dilakukan.
Nasib Tragis Perempuan Pribumi
Dampak dari kegagalan proyek mendatangkan perempuan
Belanda terhormat ini mengakibatkan masalah tersendiri bagi perempuan Indonesia .
Banyak perempuan pribmi dijadikan pasangan hidup namun tak dijadikan istri.
Seorang laki-laki Belanda yang telah kawin dengan
seorang perempuan pribumi tak bisa pulang kembali ke negeri Belanda dengan
membawa anak istrinya. Peraturan tidak mengijinkan istri dan anak-anaknya
dibawa serta. Maka tidak mengherankan bila banyak pegawai Kompeni yang lebih
suka hidup dengan Nyai-nyai . Kapan saja ia memutuskan pulang kembal ke tanah
air ia bisa membebaskan diri dari ikatan dengan gundik-gundiknya, dan di tanah
airnya sendiri memilih istri yang diimpi-impikan serta diharapkan untuk menjadi
teman hidupnya..
Pelacuran pun merajalela, sebagaimana layaknya di
dalam masyarakat dengan perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan yang
timpang. Banyak surat-surat pengaduan dari istri yang mengadukan suaminya yang
memaksa dirinya menjadi pelacur demi kepentingan uang.
Dampak dari semua itu begitu banya penguguran
kandungan, pembunuhan bayi, atau terlahirnya anak tak berdosa dengan predikat
anak jadah atau anak haram. Pada masa itu begitu banyak pasangan hidup secara
kumpul kebo.
Banyak para orang tua pribumi yang kehilangan anak
gadisnya. Mereka diambil paksa dengan atau tanpa sepengetahuan orang tuanya.
Pertama mereka diperiksa gigi dan badannya. Jika dianggap sehat mereka
dibersihkan, dimandikan berkali-kali, dan diajari sopan santun Belanda. Satu
orang pegawai Kompeni jarang yang hanya memiliki satu gundik. Rata-rata mereka
memiliki beberapa gundik yang dipelihara.
Nasib para gadis dalam kehidupan Kompeni banyak yang
mengenaskan. Sebuah kisah tragis dialami oleh gundik seorang pembesar Kompeni.
Ia dituduh berselingkuh dengan laki-laki lain, maka hukumannya sangat
mengerikan; ia disiksa, ditelanjangi, dan dipertontonkan di depan umum. Masih
banyak lagi kisah tragis yang dialami para wanita malang ini, mereka dipaksa untuk jadi pemuas
nafsu para laki laki yang menurut Leonard Blusse, memiliki kebiasaan hidup yang
luar biasa tidak sehat. Oleh karena itu, hanya 30 % dari pegawai Kompeni yang
dapat kembali ke negerinya. Disamping karena perang. Mereka umumnya sangat
senang memperturutkan hati terutama dalam hal perempuan dan mengkonsumsi
minuman keras.
Perlakuan buruk para lelaki Belanda ini pada
dasarnya tidak saja menimpa perempuan pribumi, umumnya perempuan Belanda pun
memiliki nasib yang kurang menguntungkan. Seperti yang kebanyakan berlaku di
Eropa, hukum Belanda memberikan kekuasaan mutlak sang suami atas istrinya.
Dalam hukum wanita memiliki kedudukan yang sangat rendah. istri tidak berhak
secara hukum melakukan tindakan atas namanya sendiri. Aturan ini baru berakhir
tahun 1956. Sebelumnya, tanpa adanya kewewnangan atau persetujuan suaminya,
istri tidak boleh melakukan apapun atas harta dan piutang-piutangnya, demikian
pula tidak dapat melakukan perjanjian apapun.
Program Kristenisasi
Nasib lain dari para perempuan pribumi adalah
menghadapi pilihan yang sulit yaitu memasuki agama Kristen. Anak-anak dari ayah
yang beragama Kristen harus dipermandikan, karena pemerintah Belanda
menghendaki hal itu. Tetapi anak-anak tersebut hanya bisa dipermandikan jika
ibu anak-anak itu pun masuk Kristen. Dengan demikian kristenisasi berlangsung
secara tidak langsung
Banyak iming-iming keuntungan duniawi dari
perpindahan agama menjadi umat Gereja Protestan tersebut. Pribumi yang sudah
pindah agama ini akan menerima tunjangan uang. Keuntungan lain pemeluk agama
Nasrani pribumi tidak dapat dijadikan sebagai budak. Peraturan yang kemudian
berlaku bahwa hanya sesudah pindah agamalah perempuan pribumi bisa menikah
dengan laki-laki Belanda dengan sah. Mereka kemudian didik sesuai cita rasa
laki-laki Belanda.
Akhirnya diketahui juga bahwa banyak perempuan yang
ikut dipermandikan itu hanya karena alasan agar bisa kawin atau dibebaskan dari
perbudakan. Para perempuan ini disebut sebagai
pendosa.Mereka dengan kasar diibaratkan "seperti babi-babi betina kotor,
orang-orang ini akan kembali bergulung-gulung di Lumpur", atau "
mutiara dilepar pada monyet, yang hanya akan diinjak-injaknya belaka"
(Enklaar 1947)
Untuk selanjutnya dewan gereja sejak 1635 menetapkan
bahwa para perempuan pribumi calon istri dari laki-laki Belanda ini harus hadir
dalam pelajaran-pelajaran agama baik yang sudah dipermandikan atau pun yang
belum. Hal ini dilakukan untuk mempelajari dasar-dasar agama Nasrani, supaya
mereka tidak menjadi Kristen dalam sebutan saja melainkan sebenar-benarnya
(Bouwstoffen I:227).
Perempuan-perempuan muda pribumi yang telah dibeli
Kompeni untuk bersedia kawin pada pegawai Belanda ini, harus mengikuti
kursus-kurus persiapan khusus setiap hari Mingu sore. Semua dilakukan dengan
sungguh-sungguh bukan formalitas saja.
Banyak dari wanita muda ini yang tidak menyadari apa
yang sesungguhnya dihadapi, bahwa sekali mereka menyatakan kesediaan kawin,
mereka harus menerima konsekunsi semua itu. Dalam akta pada tahun 1620 an
sering ditemukan catatan yang menyatakan adanya beberapa orang wanita yang
berubah pikiran, dan ingin mencabut kembali perjanjian mereka hanya dalam
beberapa hari menjelang upacara perkawinan dilangsungkan. Pengumuman perkawinan
biasanya dilakukan beberapa minggu berturut-turut sebelumnya, oleh karena itu
dewan gereja mengecam keras perubahan pendirian tersebut, akhirnya mereka pun
tetap dipaksa kawin. Dengan cara tersebut, akhirnya gereja berhasil
mngkristenkan pribumi, khususnya perempuan, dengan alasan menghapuskan
pergundikan,.
Demikianlah selintas kita buka album masa lalu, yang
menampakan potret buram perempuan selama masa penjajahan Belanda. Selain mereka
hanya dijadikan objek pemuas nafsu, mereka juga sengaja dibodohkan dengan tidak
diberi kesempatan mendapat pendidikan.
Semoga perjalanan wisata sejarah ini dapat
menimbulkan kesadaran bahwa kita yang hidup di masa kemerdekaan ini bisa
mensyukurinya dalam tindak nyata dan waspada pada bentuk penjajahan lain yang
menindas kaum wanita.
Oleh : Arini
makin mantap Ini Blognya bro... sudah Pr2 :)
ReplyDeleteSalam.
DeleteThank's Bang atas kunjungannya, dan terima kasih atas apresiasinya.
Salam.
Yang menindas wanita adalah dirinya sendiri, di dukung oleh legitimasi budaya dan sejarah. Kalau wanita ingin bangkit dari penindasan ya harus dimulai dari dirinya sendiri,dan seharusnya di dukung oleh budaya. Begitu menurut saya mas Bakri....
ReplyDeleteSalam.
DeleteThank's atas kunjungannya !
Apa yang di sajikan oleh penulis diatas memperlihatkan opini dan fakta dalam bentuk kronologis tentang nasib kaum wanita. tentunya bahwa ada suatu masa dimana kaum wanita di buatkan secara sadar batasan2 yang tak semestinya oleh kaum lelaki yang punya kuasa, sehingga terciptalah sistem yang sifatnya menindas dan mengebiri hak2 wwanita. sejak kedatangan Islam (setahu saya, hak-hak wanita mulai di tunaikan dan mereka di berikan kebebasan untuk berbuat/bertindak sesuai kodrat mereka, walaupun sebagaian orang tak memandang hal itu sebagai penghargaan atas hak kaum wanita (Isu Feminisme). Tapi sekarang semua telah terbuka/bebas, tak ada batasan2 yang sifatnya membelenggu, kalaupun ada, itu hanya tak memanfaatkan kondisi yang ada, atau membelenggu dirinya sendiri .
Salam.
tetapi secara langsung sdah menganggap bahwa kristen itu memperbudak wanita, bang hati2 klau menulis artikel jgn sampai menimbulkan lagi perpecahan di negara kita. tulisan yg anda sebut fakta ini buat saya hanyalah bualan anda semata, tidak ada referensi yang benar. hanya menulis sumber (Enklaar 1947), di buku apa gan ?? haduhh..,
Deletesepertinya tulisan artikel dari komentar anda ini hanyalah untuk memperlihatkan bahwa agama kristen itu buruk. padahal di Negara kita tercinta ini masih berlandaskan pada PANCASILA, khususnya sila 1 ketuhanan yang maha esa., kita diberikan kebebasan untuk memilih agama. Jadi jgn sekali-sekali anda memberikan perbandingan suatu agama dengan sumber referensi yang sangat sedikit. yang kemudian akan embali menyebabkan perpecahan di negara terccinta kita ini.
jujur saya sangat kecewa dengan artikel ini, harusnya kita bisa saling bisa menghargai agama yang lain., kami tahu islam itu mayoritas di indonesia dan kami selalu menghargainya.
akhir kata kita maaf jika komentar saya ini agak menyimpang dari judul artikel ini tapi apa boleh buat sementara dari isi artikel dan komentar anda (ahmad bakri) membuat saya mengomentarinya. Terimakasih
Wuiss Mantap tenan Gan artikelnya
ReplyDeletemantap susunan bahasa artikelnya rapih amat om,
ReplyDeleteSaat melihat artikel ini saya terinspirasi untuk membuat postingan yang bermanfaat.
ReplyDeleteooo
ReplyDeletebtw template blognya bagus mas, saya suka
ReplyDeletesemoga kaum perempuan khususny d indonesia dapat selalu terangkt derajtny :)
ReplyDeletegreat post
ReplyDeleteregards
http://www.toyingoa.com
wanita oh wanita...
ReplyDeleteselalu begitu...
ReplyDeletehidup wanita...
ReplyDelete