Bagi saya, tangan adalah jembatan
kepribadian saya. Tangan, sebagai jembatan, merupakan sarana efektif untuk
mengalirkan apa saja yang ada di dalam diri. Lewat tanganlah saya dapat melihat
gambaran jiwa saya yang sesungguhnya.
Coba mari kita lihat secara saksama
tanda tangan kita. Bagaimana lengkungan-lengkungan garis itu membentuk sebuah
simbol hati kita. Bagaimana coretan-coretan kuat yang tebal-tipis itu
menyiratkan getaran-dahsyat watak kita. Bukankah tanda tangan, yang dialirkan
lewat tangan kita, melambangkan diri kita?
Dalam hal menulis, saya memiliki pengalaman menarik. Pada mulanya, tangan saya bergerak mengalirkan pandangan saya lewat meniru. Pertama-tama, saya meniru kalimat-kalimat indah yang diciptakan “role model” saya. Lama-kelamaan, ternyata hasil tiruan saya itu bercampur sedikit demi sedikit dengan milik-sejati saya. Dan apabila saya kerap sekali menulis tentang apa saja berkaitan dengan diri saya, ternyata tiruan saya kemudian dapat ditutupi oleh “warna” karakter saya. Saya lalu dapat menemukan “gaya menulis” saya.
Dalam hal menulis, saya memiliki pengalaman menarik. Pada mulanya, tangan saya bergerak mengalirkan pandangan saya lewat meniru. Pertama-tama, saya meniru kalimat-kalimat indah yang diciptakan “role model” saya. Lama-kelamaan, ternyata hasil tiruan saya itu bercampur sedikit demi sedikit dengan milik-sejati saya. Dan apabila saya kerap sekali menulis tentang apa saja berkaitan dengan diri saya, ternyata tiruan saya kemudian dapat ditutupi oleh “warna” karakter saya. Saya lalu dapat menemukan “gaya menulis” saya.
Bagaimana saya membentuk “gaya menulis”
saya? Inilah kisahnya.
Sejak mahasiswa saya suka sekali
membaca buku catatan harian Ahmad Wahid dan Soe Hok Gie. Kadang-kadang, di
saat-saat menyendiri, saya juga masih suka membacai-ulang catatan-catatan
mereka. Ada banyak renungan yang ditulis oleh keduanya yang cocok dengan
keadaan diri saya. Dua buku catatan harian ini bagaikan cermin bagi saya. Di
situ saya banyak menemukan kepingan-kepingan diri saya. Memang, saya kemudian
pernah berharap: “Andaikan saya bisa menuliskan pengalaman hidup saya secara personal.”
Belakangan, saya juga suka sekali
membaca buku-buku serial Chicken Soup for the Soul. Bahkan beberapa
buku yang ditulis secara personal kemudian menarik hati saya. Buku catatan
harian Sarah Ban-Bretnach, Simple Abundance, sungguh membuat
saya takjub. Dan juga Tuesday with Morrie-nya Mitch Albom
benar-benar menggetarkan hati saya.
Bagaimana saya kemudian menemukan dan
mengembangkan gaya menulis saya? Jelas saya harus menyebut nama Cak Nun dan
Kang Jalal. Saya belajar banyak dari Cak Nun berkaitan dengan penciptaan frase
ataupun istilah yang menggelitik. Kang Jalal kemudian membimbing saya untuk
tertib dan tertata dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan saya lewat
tulisan. Saya memang tidak berguru langsung kepada kedua tokoh ini. Saya hanya
rajin membaca buku-bukunya dan sesekali mencatat beberapa ungkapan menarik yang
diciptakan oleh baik Cak Nun maupun Kang Jalal.
Kebetulan pula hampir semua buku Ustad
Quraish sayalah yang “mengemas”-nya. Proses “pengemasan” yang diselenggarakan
oleh Mizan adalah bagaimana tidak hanya teks melulu yang diperbaiki lewat
penyuntingan, namun juga bagaimana seorang editor menemukan “makna” di antara
kaitan-kaitan antarteks. Metode “pengemasan” yang dikembangkan oleh para editor
Mizan akhirnya bermuara ke sebuah cara menemukan “style” seorang penulis.
Inilah yang kemudian melahirkan judul-judul yang berkarakter: Islam Alternatif, Islam Inklusif, dan sebagainya.
Saya belajar banyak dari Ustad Quraish
mengenai bagaimana menemukan detail makna kata. Saya pikir, kelebihan Ustad
Quraish sebagai penulis buku mengenai Al-Quran adalah dalam hal
pengeksplorasian kata. Piawai betul beliau dalam melacak makna-makna sebuah
kata. Kekayaan makna sebuah kata yang ditemukan oleh Ustad Quraish begitu berwarna-warni
sehingga mampu memperluas wawasan dan memperkaya perspektif saya.
Akhirnya ... munculah Mengikat Makna. Semoga bermanfaat.
By : Hernowo
No comments:
Post a Comment
Terima kasih untuk teman blogger yang sudah sudi berkomentar di Blog ini :)