November 19, 2012

Kekagumanku pada Sosoknya

Aku memulai ini, menulis tentang sosok yang kukagumi, aku tak tahu mengapa aku begitu kagum padanya, ada yang lain dari dia, yang menyita pandangan dan hatiku. Mungkin akan lebih baik jika  ketakjubanku aku arahkan pada hal-hal yang baik dan positif, karena terlalu sering kita kagum pada seseorang, yang justru mendorong diri untuk melakukan hal-hal yang dianggap sebagai pelanggaran budaya, moral dan etika.

Sosok itu memang lain dari yang lain, aku mengerti, bahwa aku pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya, tapi entah mengapa dia selalu hadir dalam setiap harapan, mimpiku serta iamjinasiku, yang tak bisa kubendung datangnya, begitu memesona jiwaku. Mungkinkah semua anganku dan keinginanku akan sosoknya bisa membawaku pada sebuah kenyataan yang ku idamkan, atau hanya akan berakhir dengan sebuah kegalauan dan kegundahan hati, biarlah garis takdir yang membentang tak terketahui menentukan  arahnya.

Bentuk kepasrahan seringkali datang, dan terkadang membuat diri larut dalam lamunan rasa yang memberi sebuah harapan, yang jauh dari realita. Aku sering memandangnya dalam pikiranku, dalam anganku, serta dalam mimpi-mimpiku. Terkadang hati bertanya, dan pikiran seakan memberi argument  yang tidak kumengerti bahwa semua itu hanya sebuah ilusi yang kuciptakan tanpa sebuah pijakan yang rill untuk mengapainya. Aneh, ya mungkin memang aneh, juga menakjubkan keindahan yang terselip diantara keraguan, jika perasaan itu tiba-tiba datang dan menyergap perasaanku.

Adalah hal yang lumrah jika mengaumi seseorang, karena semua citra ideal yang kita pikirkan dan harapkan ada pada dirinya, mungkin tak ada kesalahan ataupun dosa jika itu terus kupertahankan dan kucoba untuk mengerti sampai dimana akau bertahan dengan rasa itu. Sebuah takdir yang agak miris jika dibanding dengan kenyataan yang sering dihadapi oleh orang lain.  Rasanya sulit untuk  membuat sebuah perbandingan yang sepadan dengan yang aku alami, dengan apa yang mungkin dirasakan oleh orang lain. Karena jalan dan gerbang yang kutuju dan orang lain lewati mungkin sangat berbeda.


Saya sering membaca tentang jenis realita atau kenyataan dalam sejarah tentang orang-orang yang memiliki kekaguman pada sosok idolanya, siapapun kita, sedikit banyaknya telah mengalaminya, dengan kadar yang mungkin berbeda satu sama lain.  Dalam sejarah kita membaca tentang Qais dan Laila, ada Romeo dan Juliet, yang masing-masing mempunyai cara berbeda untuk mengekpresikan kekaguman (kecintaan) pada seorang sosok  yang mereka lihat dalam hati mereka masing-masing, yang melihat dengan hati sosok-sosok itu, mungkin juga mencoba merengkuhnya dengan pikiran-pikiran mereka, sebuah cara yang mungkin dilakukan jika apa yang kita rasakan menemui jalan terjal di kenyataan.

Perasaan-perasaan itu mungkin saja tak akan hilang, pahatan didinding hati telah membuatnya menjadi kokoh dan tegar di relung jiwa, yang akan  menemui sebuah jalan yang hanya mungkin di bengkokan oleh rasa angkuh dan sombong dalam kadar yang tak dinginkan. Dia dan dia telah mengambil separuh dari jiwaku, mentelantarkan aku dalam gelapnya harapan, dan pekatnya sanubari, yang seringkali di cemari oleh nafsu, yang cenderung datang untuk meminggirkan kesuciannya, walaupun tak bisa di punggkiri bahwa nafsu itu telah memberi warna dan suasana berbeda dalam jiwa, yang selalu melihatnya dengan ungkapan yang sulit kupahami, meskipun aku ingin melihatnya sekali lagi.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih untuk teman blogger yang sudah sudi berkomentar di Blog ini :)