Aku memulai ini, menulis tentang sosok yang kukagumi, aku
tak tahu mengapa aku begitu kagum padanya, ada yang lain dari dia, yang menyita pandangan dan hatiku. Mungkin akan lebih baik jika ketakjubanku aku arahkan pada hal-hal yang
baik dan positif, karena terlalu sering kita kagum pada seseorang, yang justru mendorong
diri untuk melakukan hal-hal yang dianggap sebagai
pelanggaran budaya, moral dan etika.
Sosok itu memang lain dari yang lain, aku mengerti, bahwa
aku pernah merasakan hal seperti ini
sebelumnya,
tapi entah mengapa dia selalu hadir dalam setiap harapan, mimpiku serta
iamjinasiku, yang tak bisa kubendung datangnya,
begitu memesona jiwaku. Mungkinkah semua anganku dan keinginanku akan sosoknya
bisa membawaku pada sebuah kenyataan
yang ku idamkan, atau hanya akan berakhir
dengan sebuah kegalauan dan kegundahan hati, biarlah garis takdir yang
membentang tak terketahui menentukan arahnya.
Bentuk kepasrahan seringkali datang, dan terkadang membuat
diri larut dalam lamunan rasa yang memberi sebuah harapan, yang
jauh dari realita. Aku sering memandangnya dalam pikiranku, dalam anganku, serta dalam mimpi-mimpiku. Terkadang hati bertanya, dan
pikiran seakan memberi argument yang tidak kumengerti bahwa semua itu hanya
sebuah ilusi yang kuciptakan tanpa sebuah pijakan yang rill untuk mengapainya.
Aneh, ya mungkin memang aneh, juga menakjubkan keindahan yang terselip diantara
keraguan, jika
perasaan itu tiba-tiba datang dan menyergap perasaanku.
Adalah hal yang lumrah jika mengaumi seseorang, karena
semua citra ideal yang kita pikirkan dan harapkan ada pada dirinya, mungkin tak ada kesalahan ataupun dosa jika itu terus kupertahankan dan kucoba untuk
mengerti sampai dimana akau bertahan dengan rasa itu. Sebuah takdir yang agak
miris jika dibanding dengan kenyataan yang sering dihadapi oleh orang lain.
Rasanya sulit untuk membuat
sebuah perbandingan yang sepadan dengan yang aku alami, dengan apa yang mungkin
dirasakan oleh orang lain. Karena jalan dan gerbang yang
kutuju dan orang lain lewati mungkin sangat berbeda.
Saya sering membaca tentang
jenis realita
atau kenyataan dalam sejarah tentang orang-orang yang
memiliki kekaguman pada sosok idolanya, siapapun kita, sedikit banyaknya telah
mengalaminya, dengan kadar yang mungkin berbeda satu sama lain. Dalam sejarah kita membaca tentang Qais dan Laila, ada Romeo dan Juliet, yang masing-masing mempunyai cara berbeda
untuk mengekpresikan kekaguman (kecintaan) pada seorang sosok yang mereka lihat dalam hati mereka
masing-masing, yang melihat dengan hati sosok-sosok itu, mungkin juga mencoba
merengkuhnya dengan pikiran-pikiran mereka, sebuah cara yang mungkin dilakukan
jika apa yang kita rasakan menemui jalan terjal di
kenyataan.
Perasaan-perasaan
itu mungkin saja tak akan hilang, pahatan didinding hati telah membuatnya
menjadi kokoh dan tegar di relung jiwa, yang akan menemui sebuah jalan yang hanya mungkin di
bengkokan oleh rasa angkuh dan sombong dalam kadar yang tak dinginkan. Dia dan
dia telah mengambil separuh dari jiwaku, mentelantarkan aku dalam gelapnya
harapan, dan pekatnya sanubari, yang seringkali di cemari oleh nafsu, yang
cenderung datang untuk meminggirkan kesuciannya, walaupun tak bisa di punggkiri
bahwa nafsu itu telah memberi warna dan suasana berbeda dalam jiwa, yang selalu
melihatnya dengan ungkapan yang sulit kupahami, meskipun aku ingin melihatnya
sekali lagi.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih untuk teman blogger yang sudah sudi berkomentar di Blog ini :)